REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi salah satu jalur perdagangan internasional yang sangat masyhur dan ramai, kepulauan Maluku juga merupakan pintu penyebaran Islam di nusantara. Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya di Indonesia.
Maluku menjadi tujuan utama karena pulau di wilayah timur Indonesia ini merupakan salah satu wilayah di nusantara yang terkenal kaya dengan hasil buminya. Sejak abad ke-15 hingga abad ke-19, kawasan ini menjadi wilayah perebutan antara negara-negara kolonial, seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda.
Kepulauan Maluku merupakan wilayah nusantara yang menjadi tujuan utama para saudagar Islam di belahan dunia berdakwah sekaligus memperlancar bisnisnya. Lambat laun, kawasan ini pun menjadi salah satu basis kuat Islam di Indonesia timur ketika itu dengan kehadiran kesultanan-kesultanan Islam. Berikut ini kesultanan Islam yang pernah berjaya di Maluku:
Kerajaan Ternate
Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di nusantara. Kesultanan ini didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Pada abad ke-13 hingga ke-17, kesultanan ini memiliki peranan penting sebagai pusat perdagangan internasional, terutama untuk rempah-rempah.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate pada masa kejayaannya mencakup Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur dan Tengah, wilayah selatan Filipina, bahkan sampai kepulauan Marshall di Pasifik.
Kerajaan Tidore
Selain Kesultanan Ternate, Kepulauan Maluku juga masih memiliki kesultanan yang memiliki pengaruh besar di wilayah itu, yaitu Kesultanan Tidore. Meski beda penguasaan, kedua kesultanan tersebut menempati wilayah yang sama di sebelah barat pulau Halmahera di Maluku Utara.
Kerajaan Tidore dikenal sebagai pemimpin Uli Siwa, yakni Persekutuan Sembilan (persekutuan Sembilan Saudara) dengan wilayahnya meliputi pulau-pulau Makyan, Jailolo, atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah tersebut sampai dengan wilayah Papua. Kerajaan ini berdiri sejak Jou Kohlano Sahjati naik takhta pada 12 Rabiul Awal 502 H (1108 M).
Kesultanan Bacan
Kesultanan Bacan berdiri sejak tahun 1322. Pada mulanya, Kesultanan Bacan berada di Pulau Kasiruta yang kemudian pindah ke Pulau Bacan. Kesultanan ini memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan-bahan pangan untuk seluruh wilayah Maluku Utara. Walaupun sempat terbakar pada zaman kolonial Belanda, kini bangunan yang tersisa hanya Keraton Sultan Bacan.
Pulau Bacan tidak hanya memiliki peran dalam produksi cengkih dan pala pada masa itu, tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkih dan pala di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Halmahera.