REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Masyarakat Kota Padang, Sumatra Barat, kembali mengeluhkan ‘ketidakberdayaan’ sistem drainase atau pengarusan air dalam menampung tingginya intensitas air hujan yang melanda akhir-akhir ini. Pemerintah pusat pun ikut bersuara terkait masalah ini setelah ditanya seorang mahasiswa dalam diskusi infrastruktur di Universitas Andalas, Selasa (26/9).
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Anita Firmanti Eko Susetyowati menjelaskan, sebetulnya tak berfungsinya drainase di Kota Padang tak lepas dari 'peran' masyarakat. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat yang masih suka membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai atau selokan-selokan perumahan.
"Drainase ini kerap hubungannya dengan perilaku. Makan nasi Padang terus dibuang bungkusnya ke sungai,” kata dia menjawab keluhan seorang mahasiswa tentang seringnya banjir melanda Kota Padang belakangan ini.
Anita berjanji segera melakukan pembenahan drainase, selain meminta Pemerintah Kota Padang menggencarkan sosialisasi tentang kebersihan lingkungan kepada warga. “Jadi ini kami selain melakukan perbaikan juga memang perlu ada kampanye dan edukasi kepada warga agar menjaga lingkungan," ujar Anita.
Anita juga menambahkan, sebetulnya sesuai aturan pembangunan setiap ruas jalan di Kota Padang harus disertai dengan pembangunan drainase. Tak berhenti sampai di situ, drainase yang sudah terbangun harus dirawat oleh pemerintah kota dan sejalan dengan pemahaman masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.
"Pembangunan jalan wajib disertai drainase dan yang sudah ada harus dipelihara," ujar dia.
Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Maryadi Utama menambahkan, pemerintah pusat terus melakukan pengendalian banjir Kota Padang akibat menumpuknya sedimen di Sungai Batang Kuranji sejak 2016 lalu. Sejak Mei hingga September 2017, tercatat setidaknya dua banjir yang cukup besar terjadi di Padang.
"Ini juga disebabkan oleh tersumbatnya drainase. Kalau (endapan) sungai sendiri (dicek) aman, namun drainase ini akan kami bereskan," ujar Maryadi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang El Amin menyebutkan banjir yang terjadi akhir-akhir ini terjadi lantaran dua hal. Yakni, drainase atau saluran air yang tersumbat dan curah hujan yang terlampau tinggi sehingga kapasitas saluran air tak lagi bisa menampung air hujan.
Salah satu target jangka pendek yang dilakukan, pembersihan sistem drainase di Kota Padang. Meski pemerintah bakal menurunkan petugas, Amin meminta masyarakat agar ikut berperan aktif, di antaranya menjaga kebersihan lingkungan termasuk tidak membuang sampah ke saluran air.
"Yang tak kalah penting, jangan cor bagian atas drainase. Kan jadinya susah dibersihkan," ujar Amin.
Amin menilai, jika pemerintah dan masyarakat sejalan mengenai upaya pencegahan banjir ini maka ke depannya risiko banjir bisa dikurangi. "Intinya, kami harap masyarakat ikut memperhatikan lingkungannya. Ikut menjaga kebersihan," katanya.
Selain upaya sosialisasi kepada warga agar tak membuang sampah sembarangan, Pemkot Padang berencana memasang jaring-jaring di batas sungai setiap kecamatan di Kota Padang.
Sebelumnya, pemasangan jaring sempat dilakukan namun hanya dipasang di satu tempat. Hasilnya, jaring tak kuat menahan beban dan ikut hanyut ke laut.
Belajar dari pengalaman tersebut, pemasangan jaring akan dilakukan di setiap batas kecamatan. Langkah ini sekaligus bisa mengontrol setiap kecamatan untuk menjaga warganya agar tak membuang sampah ke sungai. Setiap tumpukan sampah di jaring batas sungai 'Kecamatan A', tentu berasal dari warga 'Kecamatan A'.
"Pemasangan jaring akan dilakukan akhir bulan. Langkah ini sejalan dengan edukasi kepada masyarakat agar tak membuang sampah sembarangan," ujar Amin.
Banjir yang terjadi di Kota Padang pada Sabtu (9/9) sempat membuat panik warga. Saluran air yang tak lagi mampu menampung air hujan meluap hingga ke dalam rumah warga.
Dua orang dilaporkan hanyut di sungai, bahkan satu orang ditemukan meninggal dunia pada Ahad (10/10) pagi tadi. Selain itu, tumpukan sampah juga terlihat di sepanjang Pantai Padang akibat hanyut terbawa ke muara sungai.