Selasa 26 Sep 2017 20:04 WIB

Dedi Mulyadi Dimintai Rp 10 M Agar Terbit Rekomendasi Pilgub

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat berorasi menanggapi beredarnya surat rekomendasi yang diduga palsu, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/9).
Foto: Antara/Agus Bebeng
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat berorasi menanggapi beredarnya surat rekomendasi yang diduga palsu, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, menemui ratusan kader Golkar yang datang dari berbagai daerah di Jabar, di Aula Kantor Golkar Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Senin (26/9). Ratusan kader tersebut, menggelar unjuk rasa menolak SK Palsu pengusungan Ridwan Kamil dan Daniel Mutaqien di Pilgub Jabar 2018 mendatang.

Dalam pertemuan tersebut, Dedi Mulyadi mencurahkan isi hatinya pada kader se-Jabar. Menurut Dedi, dirinya telah melalui berbagai proses politik untuk pengusungannya di Pilgub Jabar. Yakni, dari mulai rapat di DPP hingga diputuskan rekomendasi pada 1 Agustus 2017.

Namun, kata dia, setelah itu informasi pun hilang. Namun, ia terus bersabar. "Di tengah-tengah itu saya secara pribadi mengalami kegelisahan karena seringkali ada orang telepon. "Pak Dedi siap kan? Kalau enggak tidak akan keluar rekomendasinya," ujar Dedi bercerita pada kadernya.

Kemudian, menurut Dedi, orang yang menelepon tersebut meminta dirinya menyediakan uang mahar sebesar Rp 10 miliar agar mendapat surat rekomendasi penunjukan sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat dari DPP Partai Golkar. Bahkan, kata dia, penelepon itu menyatakan kalau dirinya tak memberi uang Rp 10 miliar, maka tak akan dapat apa-apa.

"Dia bilang, jangan menyesal Anda tidak dapatkan apa-apa. Saya katakan tidak apa-apa, besok saya tidak jadi apa-apa juga enggak apa-apa," kata Dedi.

Dedi menegaskan, dirinyia maju ke Pilgub Jabar tak punya konglomerat dan tak punya backing-an. Jadi, hanya semangat saja. Golkar pun, tegak bukan di kaki orang kaya dan orang pinter. Karena, Golkar itu dipilih masyarakat miskin, usia di atas 40 tahun. Namun, mereka setia. Politik sendiri, memang seharusnya bukan untuk menumpuk tapi memberi.

"Yang menelepon itu, bukan pengurus golkar. Tapi tokoh biasa yang merasa dekat dengan Golkar," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement