REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Beberapa pihak telah meminta Twitter untuk meninjau cicitan Presiden AS Donald Trump di akun pribadinya. Cicitan keras Trump mengenai Korea Utara (Korut) dinilai telah melanggar aturan Twitter.
Trump tak segan menulis langsung ancaman untuk menghancurkan Korut. Banyak yang berpendapat pernyataan Trump itu merupakan bentuk ujaran kekerasan dan harus dihapus.
Namun, Twitter mengatakan cicitan itu tidak akan dihapus karena layak diberitakan. Dalam serangkaian tulisan di akun resminya, Twitter berusaha mengklarifikasi peraturannya.
"Banyak dari Anda telah bertanya mengapa kami tidak menghapus tweet itu. Kami memperlakukan semua akun dengan aturan yang sama dan mempertimbangkan sejumlah faktor saat menilai apakah sebuah tweet melanggar peraturan kami," ujar Twitter, dikutip BBC.
"Di antara pertimbangannya adalah apakah tweet itu berguna untuk kepentingan publik. Ini telah lama menjadi kebijakan internal dan kami akan segera memperbarui peraturan ini terhadap publik," tambah Twitter.
Mulai 2015, Twitter memiliki kebijakan, pengguna tidak boleh mengancam dan mempromosikan terorisme. Pengguna juga dilarang mempromosikan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan ras, etnis, agama, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas gender, usia, atau keterbatasan fisik.