REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memantau WNI yang kemungkinan mengikuti Tentara Penyelamat Rakyat Rohingya atau Arsa di Myanmar. Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan memang banyak WNI yang tercatat mendaftar, tetapi sejauh ini belum ada yang berangkat ke Myanmar.
"Yang daftar banyak, tapi mudah-mudahan belum ada yang brangkat, kita pantau terus. Enggak boleh underestimate karena kan kadang tersamar bisa berangkat diam-diam, bisa jadi yang berangkat yang enggak daftar," kata Suhardi di Jakarta, Rabu (27/9).
Suhardi mengatakan juga sudah mengirim deputi ke Myanmar. Arsa dan pemberontak Bengali telah ditetapkan pemerintah Myanmar sebagai kelompok teror. Kelompok teror di Myanmar juga dimungkinkan terafiliasi dengan ISIS.
Suhardi menambahkan pergerakan dan pengaruh ISIS luar biasa karena menerapkan doktrin teritorial. Jika ISIS di Suriah dianggap sudah hancur, menurutnya, maka doktrin teritorial tetap dihidupkan. Seperti halnya di wilayah Asia yaitu Marawi, Filipina Selatan, Rohingya, termasuk Indonesia.