Rabu 27 Sep 2017 18:42 WIB

Museum Lubang Buaya Sementara Ditutup Hingga 3 Oktober

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
 Monumen Pancasila Sakti
Foto: dok. Republika
Monumen Pancasila Sakti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, ditutup sementara untuk masyarakat umum. Para pengunjung yang berniat mengunjungi Museum Lubang Buaya harus menunggu hingga 3 Oktober mendatang.

Saat hendak mengunjungi Museum Lubang Buaya yang berada di dalam kawasan Monumen Pancasila Sakti, Republika.co.id tak diizinkan masuk oleh penjaga gerbang. Menurut mereka, sejak Senin (25/9), kawasan itu tidak dibuka untuk umum.

Alasan Monumen Pancasila Sakti ditutup sementara untuk umum hingga 3 Oktober, karena lokasi tersebut akan dijadikan tempat untuk acara kenegaraan dalam waktu dekat. Selain itu, kawasan tersebut juga sedang dilakukan renovasi.

Pantauan Republika.co.id, saat berada di sana, ada sekitar empat mobil yang berisi lebih dari dua orang masing-masingnya juga tidak diperbolehkan masuk. Mereka pun diberikan penjelasan yang sama dengan Republika.co.id.

Salah satu pengunjung yang gagal masuk, bernama Suryadi. Pria berusia setengah abad lebih sembilan tahun itu merasa kecewa karena tidak diperbolehkan masuk ke dalam museum. Niatnya untuk mengenang sejarah dari museum tersebut gagal terlaksana.

"Kecewa, kecewa banget ini. Udah ngajak temen-temen kantor juga soalnya," ungkap Suryadi sesaat setelah ia dan keempat rekan-rekannya turun dari taksi daring di gerbang keluar Monumen Pancasila Sakti, Rabu (27/9).

Suryadi dan keempat rekannya yang sengaja datang jauh-jauh dari kawasan Mega Kuningan khusus untuk ke lokasi itu harus gigit jari. Ia berencana akan datang kembali ke Monumen Pancasila Sakti setelah dibuka kembali pekan depan. Ia juga mengamini jika nantinya setelah dilakukan renovasi, museum dan kawasan tersebut bisa menjadi lebih baik lagi.

"Khusus ke sini untuk mengenang sebelum tanggal 1 Oktober nanti. Ya semoga (lebih bagus lagi setelah di renovasi)," tutur pria dengan janggut beruban itu.

Suryadi tak mau pulang dengan tangan kosong. Tak lama setelah berbicara dengan Republika.co.id, ia dan rekan-rekannya meminta tolong Republika.co.id untuk memotret mereka di depan relief yang ada di tembok pintu gerbang Monumen Pancasila Sakti.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement