REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran bersumpah akan bersatu dengan Irak dan Turki untuk menentang kemerdekaan Kurdi. Menurut Teheran, referendum kemerdekaan yang baru saja digelar Kurdistan di Irak berpotensi melahirkan negara seperti Israel.
"Orang-orang Irak tidak akan berdiam diri. Iran dan Turki serta negara-negara regional lainnya tidak akan terdiam dan akan melawan penyimpangan yang menjijikan ini," ujar Ali Akbar Velayati, penasihat utama pemimpin tertinggi Iran Ali Khamanei, seperti dilaporkan laman Al Araby, Rabu (27/9).
Negara-negara Muslim tidak akan membiarkan terciptanya Israel kedua, kata Velayati, membandingkan negara Kurdi independen yang berpotensi seperti Israel, yang berdiri pada 1948. Iran, Irak, dan Turki diketahui memiliki minoritas Kurdi di negaranya masing-masing.
Ketiga negara tersebut berpendapat referendum yang digelar Pemerintah Daerah Kurdistan di Irak berpotensi menimbulkan separatisme dari masyarakat Kurdi lainnya. Ketiga negara juga tak segan untuk mengambil tindakan militer.
Pada Selasa (26/9), komandan militer Iran mengonfirmasi bahwa sistem rudal telah dipasang di sepanjang perbatasan Iran dengan Irak. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dan merespons potensi invasi.
Sedangkan Turki telah mengancam akan memutus jalur pipa yang menyalurkan minyak ke wilayah Kurdi di Irak. Sedangkan Pemerintah Irak sendiri sedang mendesak agar Pemerintah Daerah Kurdistan menyerahkan bandaranya.
Dalam referendum yang digelar Pemerintah Daerah Kurdistan di Irak, hasilnya menang telak dengan persentase lebih dari 90 persen. Hasil referendum ini akan digunakan pemimpin Kurdistan Massoud Barzani untuk menegosiasikan masa depan Irak-Kurdistan dengan pemerintah.