REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kali Bekasi kembali tercemar dengan berubahnya warna air baku Kali Bekasi menjadi hitam pekat disertai munculnya gumpalan busa yang menutupi hampir seluruh permukaan sungai. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Jumhana Lutfi menyarankan agar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot dan Tirta Bhagasasi menghentikan sementara produksi dan pengelolaan air baku Kali Bekasi hingga kondisi air normal kembali.
"Kami (Dinas LH) sarankan PDAM untuk mencari solusi lain kalau air Kali Bekasi seperti ini (tercemar) tidak bisa digunakan, karena akan lebih mahal proses untuk membuat air menjadi layak dikonsumsi kalau air baku seperti ini (tercemar)," kata Lutfie saat ditemui Republika.co.id, Rabu (27/9) sore.
Dia mengimbau masyarakat yang masih menggunakan air baku Kali Bekasi atau air tanah yang telah terkontaminasi limbah, agar segera menghentikan pemakaian. Terlebih jika telah melihat keadaan air baku Kali Bekasi yang menghitam dan berbusa.
Lutfie menjelaskan, Dinas Lingkungan Hidup akan menindak tegas pihak yang terbukti melakukan pencemaran terhadap lingkungan, khususnya Kali Bekasi. "Nah kalau PDAM tergantung prosesnya, tapi pasti akan mahal biaya penyaringannya karena keadaan air buruk. Harusnya cari sumber lain saja," kata dia.
Sedangkan, Pengemban Jabatan Sementara Direktur Utama (Pjs Dirut) PDAM Tirta Patriot Cecep Ahmadi mengaku sangat merasakan dampak dari tercemarnya Kali Bekasi. PDAM Tirta Patriot, kata dia, bukan hanya diharuskan untuk mengalirkan air kepada 3.000 pelanggan yang tersebar di Kota Bekasi, namun juga PDAM Tirta Bhagasasi yang bertugas mengalirkan kepada pelanggannya sendiri yang tersebar di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.
"Tentunya dengan kondisi air baku tercemar seperti ini, sekitar dua atau tiga hari lalu sangat mengganggu kita (PDAM) karena produksi terganggu. Kita tidak bisa produksi, dan berhenti sementara," kata Cecep.
Dia juga mengaku mendapatkan banyak keluhan dari keputusan PDAM untuk memberhentikan produksi, mengingat air baku Kali Bekasi telah melewati standar baku mutu sehingga tidak layak diolah dan didistribusikan kepada masyarakat. Selain itu, dia mengatakan bahwa volume air yang akan diolah semakin sedikit, sehingga pendistribusian air tidak maksimal, atau sekitar 60 persen dari jumlah normal.
Cecep mengatakan, satu-satunya masalah yang dialami PDAM adalah tidak pastinya kualitas air baku Kali Bekasi. Jika air baku dapat terus normal, lanjut dia, maka PDAM tidak akan mengalami masalah dalam pengolahan dan pendistribusian air kepada masyarakat.
"Sekarang alhamdulillah sudah normal produksinya. Kalau kondisi air bakunya bagus, produksi PDAM juga akan lancar dan tidak ada masalah," kata dia.