Kamis 28 Sep 2017 09:40 WIB

Bentuk Pengkhianatan Pancasila Jadi Pembelajaran Sejarah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Jazuli Juwaini
Foto: Ist
Jazuli Juwaini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini menegaskan semua bentuk pengkhianatan dan ancaman terhadap Pancasila dan NKRI di masa lalu harus menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. "Jangan mau diadu domba, sebaliknya terus jalin persatuan dan kesatuan dengan sesama komponen bangsa," kata Jazuli saat Seminar Fraksi PKS 'Pancasila dan Integrasi Bangsa' kemarin.

Hadir sebagai pembicara Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Presiden PKS Shohibul Iman, Mahfud MD, Budayawan Taufik Ismail dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Jazuli Juwaini, mengatakan bahwa seminar ini diselenggarakan dalam rangka memperingati peristiwa G30S/PKI sekaligus peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Oktober.

Tujuannya, Jazuli mengatakan, untuk mengokohkan nasionalisme dan patriotisme generasi bangsa melalui pemaknaan atas peristiwa sejarah bangsa. Agar ada ketersambungan sejarah perjuangan bangsa dari masa ke masa.

Bangsa ini, kata dia, dibangun dengan pengorbanan yang begitu besar dari para pahlawan dan generasi sebelumnya. Karena itu generasi mudanya, sangat penting mempelajari dan memahami sejarah bangsa. "Kata Bung Karno: Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Setelah mempelajari diharapkan bisa menghargai lalu mewarisi semangat dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan," ungkap Jazuli.

Menurut anggota Komisi I ini, tema yang diangkat dalam seminar relevan dengan momentum peristiwa sejarah kelam pengkhianatan G30S/PKI dikaitkan dengan eksistensi NKRI dan Pancasila sebagai Dasar Negara. Ia mengungkapkan seminar ini untuk mengingatkan rakyat Indonesia agar lebih mencintai Pancasila dan NKRI, mengamalkan nilai-nilainya secara konsekuen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di samping itu juga agar kita tetap waspada terhadap segala upaya yang ingin memecah belah bangsa. "Cukup peristiwa itu terjadi di masa lalu dan jangan pernah terulang di masa kini. Kita tetap waspada dan terus menjalin persatuan dan kesatuan dengan sesama komponen bangsa utamanya dengan pemerintah dan aparat pertahanan dan keamanan (TNI/Polri)," pungkas Jazuli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement