REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Korea Utara (Korut) menilai Amerika Serikat (AS) secara terbuka telah menyatakan perang. Hal ini menyusul pernyataan dari Presiden Donald Trump dalam Majelis Umum PBB bahwa ia bersiap mengerahkan tindakan militer yang menghancurkan.
Kekhawatiran perang besar antara kedua negara terus bermunculan dengan ketegangan yang terus meningkat. Termasuk dengan potensi perang nuklir antara Korut dan AS. Namun, bagaimana sebenarnya kemungkinan besar itu terjadi?
Channel4 membahas mengenai sejumlah fakta terkait kemampuan perang Korut. Dimulai dari seberapa besar kapasitas militer konvensional yang dimiliki negara terisolasi itu.
Hingga saat ini, rincian yang jelas mengenai angkatan bersenjata Korut masih ditutupi oleh misteri. Namun, tak sedikit yang memperkirakan bahwa negara yang dipimpin Kim Jong-un itu menjadi negara dengan jumlah personel militer keempat terbesar di dunia.
Data yang diperoleh dari Bank Dunia atau World Bank menunjukkan terdapat sekitar 1,379 juta orang yang bertugas secara aktif dalam militer Korut. Namun, Kongres AS pernah mendapat laporan pada 2015 bahwa 25 hingga 30 persen warga di negara itu dapat terjun langsung dalam sebuah perang. Ini membawa jumlah total pasukan pertahanan di sana yang dapat mencapai hingga 8,6 juta.
Tetapi, meski memiliki banyak pasukan, peralatan dan persenjataan yang digunakan Korut diyakini tidak dapat bersaing dengan yang dimiliki AS. Kebanyakn sudah tua, seperti jet tempur yang sudah beberapa dekade tak diperbaharui.
Meski dengan keterbatasan persenjataan dan peralatan perang konvensional lainnya, tetapi Korut tidak dapat dianggap remeh. Negara itu juga tercatat memiliki persediaan 4.200 tank untuk pasukan darat dan 5.500 peluncur roket ganda.
"Secara keseluruhan, Korut mempertahankan kemampuan untuk menimbulkan kerusakan serius, khususnya kepada Korea Selatan (Korsel), meski ada kekurangan sumber daya perang," demikian yang tertulis dalam laporan terhadap Kongres AS.
Kemudian, tidak kalah berbahaya Korut memiliki senjata kimia dan biologi. Program senjata jenis ini dimulai pada 1960-an. Diperkirakan negara itu sudah dapat menghasilkan racun meski dalam jumlah terbatas, serta agen perang melalui bakteri,
Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) juga menggambarkan program senjata kimia Korut dalam jumlah besar dan memimiliki kemampuan matang. Negara itu disebut mampu memproduksi racun kimia seperti agen saraf, yang termasuk sebagai salah satu senjata perang yang dilarang penggunaannya berdasarkan konvensi PBB.
Terakhir, ada rudal nuklir yang selama ini menjadi kontroversi utama Korut. Negara itu telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan yang menyebabkan ketegangan dunia terus meningkat.
Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.
Meski dalam beberapa tahun terakhir rudal dan perangkat nuklir memiliki kemampuan hanya terbatas menyerang kawasan sekitar Korut, yaitu Jepang dan Korsel, namun kini menjadi lebih meningkat. Bahkan, Kim Jong-un mengatakan negaranya dapat menyerang bagian dunia manapun dengan senjata itu.
Pada 3 September negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga melakukan tes terbaru dari bom hidrogen yang disebut dirancang untuk ditempatkan di dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).
Kemudian yang lebih baru adalah pada 15 September lalu. Korut menembakkan rudal balistik ke wilayah utara Jepang. Berdasarkan laporan, senjata itu mencapai ketinggian sekitar 770 kilometer atau 478 mil. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 3.700 kilometer.
Korut bahkan sebelumnya berencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam, AS pada pertengahan Agustus lalu. Namun, Kim Jong-un mengatakan terlebih dahulu hendak mengawasi tindakan AS untuk mencegah bentrokan militer berbahaya.6