REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Mantan perdana menteri Thailand Yingluck Shinawatra nampaknya telah memilih untuk menetap di Dubai. Ia melarikan diri dari negara asalnya menjelang sidang pembacaan vonis kasus korupsi pada akhir Agustus lalu.
Hal ini dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri Thailand kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. Yingluck sebenarnya secara resmi telah dijatuhi hukuman in absentia selama lima tahun penjara pada Rabu (27/9).
"Kami telah menerima laporan awal secara informal dari Kementerian Luar Negeri Thailand yang mengindikasikan Yingluck berada di Dubai," ujar Prayuth, dilansir The Washington Post, Kamis (28/9).
Yingluck merupakan kepala pemerintahan Thailand yang menjabat pada 2011 hingga 2014. Ia dianggap bersalah karena kelalaian yang dilakukan olehnya soal kebijakan pertanian.
Perempuan berusia 50 tahun itu memberi subsidi bagi petani dengan cara membeli hasil pertanian dua kali lipat lebih mahal dari harga pasaran. Dari sana, ia diyakini mencairkan jutaan dolar AS ke sejumlah wilayah utara dan timur laut Thailand. Di sana dikenal sebagai daerah yang menjadi basis utama pendukung Shinawatra.
Kebijakan itu mengakibatkan menumpuknya persediaan beras. Hal ini pada akhirnya juga membuat status Thailand, sebagai negara pengekspor beras terbesar di dunia tergeser.
Yingluck kemudian digulingkan pada 2014 dalam sebuah kudeta militer. Atas kasus korupsi tersebut, ia menghadapi ancaman hukuman hingga 10 tahun penjara serta larangan berpolitik seumur hidup.
Sidang kasus korupsi pemerintahan Yingluck telah dijadwalkan untuk digelar di Mahkamah Agung pada 25 Agustus. Bersamaan dengan itu, mantan menteri perdagangan di era kepemimpinannya juga menghadapi persidangan dan mendapat vonis penjara selama 42 tahun karena dianggap terbukti memalsukan kesepakatan subsidi pertanian.
Yingluck dan pendukungnya terus mengatakan, tidak ada kesalahan yang pernah dilakukan. Pihaknya menuding bahwa skandal korupsi tersebut hanyalah sebuah motif politik untuk menggulingkan pemerintahannya.
Yingluck telah diduga melarikan diri ke Dubai melalui Singapura. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa ia nampaknya memiliki tujuan akhir untuk mencari suaka di Inggris.
Selama menjadi tersangka kasus korupsi, Yingluck disebut mendapat pengawasan ketat oleh pihak berwenang. Termasuk dalam sebuah tur di sejumlah provinsi Thailand pada tahun lalu. Ia yang berkunjung dan menyapa para pendukungnya terlihat selalu diikuti oleh pria dengan seragam militer.
Karena itu, dugaan kaburnya Yingluck dari Thailand memunculkan sejumlah pertanyaan dari kritikus. Ia bukanlah pejabat negara pertama yang terjerat dalam kasus korupsi dan melarikan diri dari hukuman penjara.
Sebelumnya, kakak kandung Yingluck, Thaksin Shinawatra yang juga merupakan mantan PM Thailand melarikan diri setelah mendapat vonis penjara seumur hidup atas kasus korupsi yang menjeratnya pada 2008. Ia kemudian dilaporkan menetap di Dubai hingga saat ini.