Kamis 28 Sep 2017 14:12 WIB

Menghidupkan Kembali Tradisi Ronda Malam

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
Aktivitas ronda malam di RT 06/08 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok
Foto: republika/debbie sutrisno
Aktivitas ronda malam di RT 06/08 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua orang lelaki paruh baya duduk di selasar masjid Muniroh Abdullah Ar-Rukban 3, Depok. Keduanya tampak mengenakan pakaian santai, kaos dan celana panjang. Jaket sebagai pelapis badan pun disiapkan karena suhu udara malam cukup dingin.

Kala itu sekitar pukul 12.00 malam. Agus dan Indra menjadi dua orang pertama yang datang di selasar masjid. Mereka masih menunggu tiga lelaki lain untuk melengkapi jadwal ronda malam. Kegiatan yang mulai dirutinkan kembali di sekitar pemukiman mereka.

Sekitar 30 menit kemudian, cahaya putih terlihat dari selasar. Semakin dekat, ternyata cahaya tersebut muncul dari senter yang digenggam salah satu warga yang akan mendapat jatah ronda. Masjid dijadikan gardu utama bagi masyarakat yang akan berjaga setiap malamnya.

"Malam pak," salah seorang warga yang bernama Wisan menyapa Agus dan Indra sambil berjabat tangan. Salam serupa dilakukan dua orang warga lain, Azwar dan Ircham yang datang tak lama setelah Wisan.

Tak ada peralatan khusus yang dibawa untuk meronda seperti kentongan. Cukup senter, sarung, dan sebotol minuman air putih dan kopi untuk menemani mereka berlima menjaga keamanan di sekitar pemukiman.

"Ini jadi pos utama. Nanti ada pos ronda lain yang ada di ujung. Jadi ada dua pos ronda," kata Agus menjelaskan.

Ronda malam di RT 06/08 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok ini belum lama berlangsung. Tradisi yang biasa dilakukan orang tua zaman dulu ini mulai dihidupkan kembali oleh warga sejak dua tahun terakhir. Alasannya klasik, untuk menjaga keamanan.

Ronda malam di sekitar pemukiman dengan jumlah rumah mencapai 200 unit ini dilakukan mulai tengah malam. Setelah satu atau dua jam berada di pos pertama, dua hingga tiga orang akan berkeliling kompleks, mengitari setiap sudut perumahan, dan berhenti di pos kedua yang berada di ujung pemukiman.

Di pos kedua mereka akan berjaga kurang lebih satu jam untuk kembali berkeliling mencapai pos pertama di selasar masjid. Setelahnya giliran tim kedua yang akan melakukan hal serupa berjaga di pos kedua yang dekat dengan perkebunan dan perkampungan lain.

Agus bercerita, kegiatan ronda malam di wilayah ini sebelumnya tidak ada. Warga hanya mengandalkan dua orang satpam untuk berjaga setiap malam. Sayang, keberadaan kedua satpam tersebut belum sepenuhnya berhasil menjaga keagaman. Beberapa kali sering terjadi pencurian pada malam hari.

Memang bukan kendaraan yang berhasil dimbil, melainkan gadget atau laptop yang hilang. Bahkan sempat ada rumah warga yang hampir dibobol maling, tapi gagal karena sang pemilik rumah terbangun.

Mengandalkan para kepala rumah tangga yang mayoritas berumur di bawah 35 tahun, ketua rukun tetanga (RT) berinisiatif menghidupkan kembali ronda malam. Dengan jumlah laki-laki produktif hampir 200 orang, dibuatlah jadwal rutin ronda malam.

"Ini pemukiman baru. Dulu karena warga sedikit harus sebulan dua kali. Sekarang cukup sebulan sekali karena warga juga bertambah," kata Agus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement