REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka anak yang mengalami stunting di Indonesia, masih cukup tinggi. Angkanya mencapai 37, persen. Angka ini memperlihatkan bahwa tiga atau empat dari 10 anak Indonesia dalam kondisi stunting. Karena itu, kasus gizi buruk tersebut harus segera ditanggulangi oleh pemerintah ataupun lembaga kemasyarakatan.
Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PBNU Sarmidi Husna mengatakan, 37 persen anak-anak yang mengalami stunting tersebut memang sudah sulit diobati. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia ada di urutan kelima jumlah anak dengan kondisi stunting.
Namun, kata dia, ke depannya anak-anak Indonesia yang akan lahir harus dicegah agar tidak mengalami stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Sarmidi menuturkan, dalam perspektif Islam, kasus stunting ini juga sangat perlu dicegah dari generasi Muslim. Karena, menurut dia, Islam mengajarkan untuk menjadi insan yang kuat sehingga masa depan Islam pun menjadi cerah dan berkemajuan.
"Kalau dari sisi keagamaan penting bagi umat Islam untuk meninggalkan generasi yang lemah, jadi penting itu. Kalau generasi Islam itu lemah, nanti masa depan Islam juga suram," ujarnya kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara dalam acara Semiloka Barisan Nasioanal (Barnas) Fatayat NU Cegah Stunting di Hotel Aryaduta Jakarta Pusat, Kamis (28/9) siang.
Sarmidi mengungkapkan, PBNU juga sangat mendukung semiloka Fatayat NU yang menyoroti isu stunting ini. Karena, menurut dia, kebanyakan yang mengalami stunting adalah warga NU sendiri, khususnya yang hidup di pedesaan.
"Saya lebih menekankan pentingnya pencegahan stunting. Islam sangat menganjurkan untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah dan itu dianjurkan dalam Alquran," ucapnya.
Menurut dia, dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa tidak boleh ada kaum lemah di Islam. Karena orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dia berharap, melalui kegiatan semiloka Fatayat NU ini, informasi terkait stunting tersebar ke masyarakat luas.
"Smoga informasi terkait stunting itu cepat menyebar ke masyarakat supaya masyarakat juga menyadari bahwa pentingnya untuk memperhatikan tumbuh kembang anak supaya tidak jadi generasi yang lemah," kata Sarmidi.