REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama universitas tertua yang berdiri di Kota Baghdad, Irak, ini memang tak sepopuler al-Azhar di Kairo, Mesir, atau al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Namun, Universitas al-Mustansiriyah yang didirikan pada 5 Mei 1234 M oleh Khalifah al-Mustansir Billah (1226-1242), penguasa ke-37 Abbasiyah, ini turut memainkan peranan penting dalam sejarah peradaban Islam.
Al-Mustansiriyah tercatat sempat berjaya pada abad ke-13 M. Perguruan tinggi inilah di awal kelahirannya secara concern mengajarkan Ilmu Alquran, seni berpidato, serta matematika. Universitas ini pun mencatatkan dirinya sebagai perguruan tinggi perintis di Baghdad yang mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat.
Pada awalnya, madrasah-madrasah di Metropolis Intelektual Islam, begitu Baghdad kerap dijuluk, mengajarkan ilmu tertentu secara khusus. Namun, Khalifah al-Mustansir Billah menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu, antara lain; ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad (Sirah Nabawiyah), ilmu kedokteran, serta matematika.
Universitas yang dibangun pada 1227 dan diresmikan pada 1234 itu diyakini sebagai salah satu universitas tertua dalam sejarah. Pamor universitas ini mampu membetot perhatian para pelajar dari seluruh dunia untuk menimba ilmu di Kota Baghdad. Para pelajar berbondong-bondong datang ke Mustansiriyah untuk mempelajari beragam ilmu unggulan yang ditawarkan di sana.
Al-Mustansiriyah pun menjadi perguruan tinggi yang mengajarkan dan menyatukan empat mazhab fikih Suni yakni, Hambali, Syafi'i, Maliki, dan Hanafi. Setiap mazhab menempati pojok madrasah, istilah perguruan tinggi di era kekhalifahan. Inilah salah satu kelebihan dari Universitas al-Mustansiriyah.
Guna menunjang aktivitas perkuliahan, Khalifah al-Mustansir Billah mendirikan sebuah perpustakaan yang luar biasa besarnya. Penjelajah Muslim terkemuka kelahiran Tangier, Maroko, bernama Ibnu Batutta dalam catatan perjalanannya berjudul Ar-Rihla, mengungkapkan betapa besarnya perpustakaan kampus Universitas al-Mustansiriyah.
Menurut Ibnu Batutta, perpustakaan ini mendapatkan sumbangan buku-buku langka yang diangkut oleh 150 unta. Dari kekhalifahan saja, pada abad ke-13 M perpustakaan ini mendapatkan sumbangan 80 ribu buku. Perpustakaan ini terbilang unik karena di dalamnya terdapat rumah sakit.