REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk pertama kali Musabaqah Khat Al-Qur'an (MKQ) versi modifikasi dilombakan di MTQ VIII Kota Tangerang Selatan, Banten, yang berlangsung 25-28 September 2017. Sepintas seperti set back karena ada pengurangan-pengulangan materi. Namun, perubahan ini jadi "modal memodivikasi kreativitas dan karya" sekaligus.
Pada kategori lomba ’naskah pilihan’ menjadi empat gaya khat (sebelumnya enam gaya). Kategori ‘dekorasi’ menjadi lima (sebelumnya tujuh) dengan cara diundi, dan ‘Kaligrafi Kontemporer’ menjadi empat gaya (sebelumnya lma gaya) minus gaya ‘abstrak.’
“Karena sistem undian, gaya-gaya khat ditentukan saat lomba. Itu berarti peserta harus tetap mempersiapkan dan memantapkan seluruh gaya khat yang dimusabaqahkan,’’ Kata Didin Sirodjudin Ar, Pengasuh Pesantren Lembaga Kaligrasi Alquran (Lemka), dalam rilisnya kepada Republika.co.id, (28/9).
Pengurangan gaya, sepertinya, meringankan. Namun menuntut peserta lomba mendesain kebali alias menata ulang komposisi dengan menentukan unsur ‘dominasi’ yang selama ini dirajai Tsulus untuk Naskah Pilihan dan Dekorasi dengan gaya-gaya lain bila Tsulus tidak masuk pilihan. Bila Kufi tidak terpilih undian, ‘Naskah Pilihan’ akan tanpa pola atau gaya-gaya lain yang menggantikan perannya.
“Kekurangan jumlah khat pada ‘Naskah Pilihan’ akan sedikit terobati dengan dibolehkannya menggunakan warna-warna selain hitam (seperti biru, merah, hijau), jelas memberikan nuansa art yang akan lebih mempercantik tampilan,’’ ujarny.
Bila babak final ‘Hiasan Mushaf’ dan ‘Kaligrafi Kontemporer’ mengundi jenis-jenis khatnya, peserta lomba tidak bisa lagi santai, misalnya hanya menyiapkan satu gaya yang dikuasainya.
“Mereka harus tetapi harus siap dengan keseluruhan gaya. Semua ini menjadi tantangan yang tidak membelenggu tetapi mendorong pelomba lebih kreatif membangun karya barunya,’’ tegas Didin.