REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah membubarkan majelis parlemen menjelang pemilihan cepat yang dijadwalkan berlangsung 22 Oktober mendatang.
"Saya memutuskan untuk mengadakan pemilihan ini karena kita harus mengatasi krisis nasional ancaman dari Korea Utara dan populasi yang menua dengan mendapatkan mandat dari masyarakat," katanya.
Beberapa anggota parlemen oposisi memboikot sesi pembubaran tersebut. Menurut mereka keputusan Abe, dapat menyebabkan kekosongan politik pada saat ketegangan tinggi dengan Korea Utara atas program rudal dan senjata nuklirnya.
Abe menjadi perdana menteri pada tahun 2012, dan Partai Demokrat Liberal (LDP) memimpin sebuah koalisi yang berkuasa.
Dilansir dari bbc.com, Kamis (28/9), Abe mengalami penurunan popularitas awal tahun ini karena tuduhan kronisme. Namun ia memperoleh dukungan baru karena melawan Korea Utara yang menembakkan dua rudal balistik ke Jepang.
Popularitas Abe meningkat menjadi sekitar 50 persen dari sekitar 30 persen di bulan Juli. Seruannya untuk pemilihan cepat dianggap mengambil keuntungan dari oposisi yang lemah, dan LDP masih memimpin dalam beberapa survei.
Tapi Abe harus menghadapi pesaing baru yakni Partai Harapan yang berhaluan konservatif yang baru saja diresmikan dan telah mulai menarik beberapa dukungan.
Partai ini dipimpin oleh Yuriko Koike, gubernur wanita pertama di Tokyo dan seorang mantan pembaca berita televisi.
"Saya adalah seseorang yang selalu siap untuk bertindak," kata Koike dalam sebuah konferensi pers di mana dia berbicara tentang prestasinya sejak menjabat sebagai gubernur setahun yang lalu.
Koike mengatakan bahwa dia tidak akan mencalonkan dirinya sendiri, meskipun banyak spekulasi yang menyebutkan bahwa dia akan melakukannya.
Beberapa anggota parlemen dari partai oposisi utama LDP, yang telah berjuang, telah membelot ke Partai Harapan.
Pada hari Kamis, pemimpin Partai Demokrat tersebut mengusulkan kepada anggotanya sebuah merger de facto dimana semua kandidat mereka akan mencalonkan diri di bawah panji Partai Harapan, untuk menghadirkan tantangan bagi Abe dan LDP.
Sebuah survei oleh surat kabar Mainichi menunjukkan 18 persen pemilih berencana untuk memilih partai Koike, dibandingkan dengan 29 persen untuk LDP dimana Abe yang berkuasa.
Sebuah jajak pendapat Asahi menunjukkan 13 persen berencana untuk memilih partainya, dibandingkan 32 persen untuk LDP.
Kedua survei tersebut meminta pemilih untuk memilih distrik perwakilan proporsional di mana pemungutan suara diberikan kepada partai, bukan kandidat.