Jumat 29 Sep 2017 09:04 WIB

Dahnil: Isu PKI di Aksi 299, Jangan Bikin Kondisi Horor

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Dahnil Anzar Simanjuntak - Ketum PP Pemuda Muhammdiyah
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Dahnil Anzar Simanjuntak - Ketum PP Pemuda Muhammdiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidum Alumni Aksi 212 akan melakukan aksi 299 di DPR/MPR pada Jumat (29/9) hari ini. Aksi tersebut digelar dalam rangka mendesak DPR menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2Tahun 2017. Dalam aksi tersebut juga akan meminta DPR menolak dan melawan kebangkitan PKI yang dinilai sudah semakin kuat.

Menanggapi isu PKI itu, Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Azhar Simanjuntak mengatakan bahwa waspada terhadap eksistensi PKI memang merupakan keharusan. Jadi waspada terhadap eksistensi PKI itu harus. "Tapi, kemudian menghabiskan waktu kita untuk takut teramat sangat saya pikir enggak penting," ujarnya saat ditemui di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, JakartaPusat, Kamis (28/9).

Dahnil menuturkan, Partai Komunis Indonesia dan ideologi-ideologi semacamnya memang bisa tumbuh kapan pun juga di tengah ketidakadilan dan di tengah adanya dendam. Namun, kata dia, isu PKI tersebut tidak perlu juga dijadikan ketakutan nasional.

"Tidak perlu juga ini dijadikan sikap ketakutan nasional. Kalau waspada sih warus, tapi jangan bikin ini adalah kondisi horor nasional itu yang menurut saya tidak produktif," ucapnya.

Dahnil menegaskan, perdebatan tentang PKI yang juga marak di media sosial saat ini sangat tidak produktif. Lebih baik, menurut dia, rakyat lebih fokus terhadap agenda lain yang lebih penting. Apalagi kalau perdebatannya hanya seputar tentang nonton film G30S/PKI. "Ya yang mau nonton silakan. Dan yang enggak setuju dengan film ini ya enggak perlu juga melarang orang nonton. Itu bagi saya tidak bijak," kata Dahnil.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement