REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Tim Eksplorasi Krakatau berupaya mencari kapal buatan Eropa yang diperkirakan terdampar di daratan wilayah Lampung, akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam. Penemuan kapal kuno tersebut akan dijadikan destinasi wisata bersejarah unggulan Provinsi Lampung.
"Dari segi kajian memang masuk akal. Kita kembali mencari kapal yang sempat terhenti di awal oktober mendatang," kata Sekretaris Darah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Sutono, Jumat (29/9), seusai meninjau lokasi pencarian kapal di Dusung Kepayang, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Kamis (28/9).
Sutono yang juga mantan Sekdakab Lampung Selatan mengatakan, jika kapal Eropa tersebut ditemukan, akan dijadikan destinasi wisata unggulan Lampung. "Ini sebuah legenda. Lampung memiliki Gunung Krakatau yang sangat mendunia dan penemuan ini menjadi situs purbakala. Bisa kita jadikan paket wisata Lampung Krakatau Festival," kata Sutono.
Penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang, menurut inisiator Tim Eksplorasi Krakatau Hadi Subroto, didapat dari pemetaan dampak letusan Krakatau. "Kita juga menganalisa berdasarkan foto satelit, pada wilayah tersebut ditemukan penampakan yang diduga jejak longsor sebuah kapal," ujar Hadi Subroto dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (29/9).
Untuk menguatkan dugaan tersebut, dia membuat simulasi peraga dengan miniatur Bukit Kepayang berbahan pasir dan miniatur kapal kayu. "Setelah pengujian dengan hasil simulasi peraga dan jejak di foto satelit, sangat identik," katanya.
Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung, juga melakukan uji geolistrik di atas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun tanah. Pengambilan data dilakukan secara melintang dari timur-barat. "Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri, yang paling mendekati adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi terguling," kata Hadi.
Tim mulai menggali sampai akhirnya membentur plat baja besi yang diduga dinding kapal pada kedalaman 32,5 meter. Awalnya tim menggunakan alat seadanya, disusul ekskavator untuk mengeruk bagian bawah. Pencarian terhenti karena biaya. "Semoga dengan bantuan Pemprov Lampung, ini bisa dilanjutkan kembali," ujarnya.
Suyitno, salah seorang pekerja yang dari awal ikut penggalian mengatakan, dia menemukan tanah bercampur oli saat menggali. Saat penggalian pada 2014, ada dua yang bekerja. Tangannya terkena seperti minyak oli saat menggali.