Jumat 29 Sep 2017 12:12 WIB

Saat Legenda Memuji Juniornya

Rep: WAHYU SURYANA/ Red: Winda Destiana Putri
 Grup band legendaris Indonesia God Bless saat konser di Jakarta, Sabtu (17/12) malam .
Foto: Republika/Prayogi
Grup band legendaris Indonesia God Bless saat konser di Jakarta, Sabtu (17/12) malam .

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- God Bless jadi pembuka acara Dream Theater di perhelatan JogjaROCKarta International Rock Music Festival. Uniknya, walau lebih senior, God Bless tidak ragu melayangkan pujian terhadap band progresif rock asal Amerika Serikat (AS) tersebut.

Harmonisasi, rasanya jadi satu pujian yang ditekankan vokalis God Bless, Ahmad Albar, kepada James LaBrie yang merupakan vokalis dari Dream Theater. Iyek berpendapat, musik rock itu tidak perlu teriak-teriak, dan harmonisasi jadi salah satu komponen utama seperti yang ditampilkan LaBrie.

Pria kelahiran Surabaya 16 Juli 1946 itu mengaku salut kepada LaBrie, yang konsisten mampu mengimbangi harmonisasi musik yang dihasilkan masing-masing personil Dream Theater. Terlebih, masing-masing personil band asal Boston itu memiliki kemampuan memainkan alat musik yang luar biasa.

"Salut lah, apalagi gila-gila mainnya, kayaknya jari-jarinya itu ada matanya semua, gitarisnya, bassisnya, drummer, keyboardisnya, luar biasa," kata dedengkot dari Gong 2000 dan Duo Kribo tersebut saat ditemui usai konferensi pers JogjaROCKarta, Kamis (28/9) sore.

Ian Antono, gitaris dan backing vokal God Bless, justru mengaku sebenarnya lebih menyukai sosok ikonik mantan drummer dari Dream Theater Mike Portnoy. Namun, pria kelahiran Malang 29 Oktober 1950 tersebut tetap melayangkan pujian kepada kemampuan tangan John Petruci.

"Secara sound, skill, luar biasa, John memang tangannya luar biasa, kita walau lebih tua numpang dengerin mereka," ujar sosok yang pernah dijuluki dewa gitar Indonesia.

Pujian datang pula dari bassis, Donny Fatah, terutama tentang kemampuan yang dimiliki masing-masing personil DT. Donny yang sempat jadi bagian grup legendaris Kantata Takwa bersama Iwan Fals, WS Rendra, Setiawan Djody dan banyak legenda lain menilai, DT seperti perkumpulan guru-guru musik dunia.

"Kalau kita rata-rata kenal musik otodidak, mereka konservatori semua itu, guru-guru musik dunia, luar biasa," kata pria kelahiran Makassar 24 September 1949 tersebut dengan antusiasnya.

Senada, keyboardis God Bless yang dikenal sebagai musisi serba bisa, Abadi Soesman menilai, permainan masing-masing personil Dream Theater sudah lebih dari improvisasi. Pujian itu tentu tidak biasa, mengingat datang dari salah satu musisi serba bisa yang pernah ada di Indonesia. 

Abadi merupakan pengganti Broery Marantika di The Pro's bentukan Dimas Wahab, personil Guruh Gipsy bersama Guruh Soekarno Putra, Keenan Nasution, Crisye, Oding Nasution dan Roni Harahap, Tarantulla bersama Reynold Panggabean dan Muchsin Alatas, serta Bharata bersama Tato Bharata, Harry Bharata dan Jelly Tobing.

"Secara kelakar mereka bukan berimprovisasi lagi, mereka sudah seperti akrobat atau sirkus permainannya," ujar pria kelahiran Malang 3 Januari 1949 tersebut.

God Bless sendiri telah terbentuk sejak 1973, sedangkan Dream Theater bisa dibilang lebih junior karena baru dibentuk 1985, itupun dengan nama Majesty. Namun, hebatnya, walau tidak terlalu mengikuti Dream Theater, masing-masing musisi legendaris sekelas God Bless, tidak risih memberi pujian kepada juniornya.

Dalam JogjaROCKarta International Rock Musik Festival, baik God Bless maupun Dream Theater sama-sama tampil di hari pertama 29 September 2017. Festival musik itu akan diselenggarakan di Stadion Kridosono, setelah batal dihelat di Candi Prambanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement