REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakta sejarah memang menorehkan cerita bagaimana PKI mengecewakan umat Islam. Namun, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar mengatakan, aksi 299 tentu harus damai dan tidak anarkistis. "Mari kita waspadai terhadap pemahaman yang bisa mendesakralisasi agama Islam dan ajaran-ajarannya. Waspadai paham-paham yang bisa menimbulkan deislamisasi," ujar Prof Nasaruddin saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/9).
Demo merupakan hak asasi manusia yang dilindungi konstitusi. Ia mendukung gerakan antikomunis agar jangan bagkit lagi di Indonesia. Namun, gerakan dengan anarkisme sangat tidak didukungnya. Bagi dia, kekerasan tidak boleh ditolelir atas nama apapun.
"Sekalipun untuk alamat ke siapa pun, atas nama apa pun, pada siapa pun, untuk siapa pun, itu tidak boleh ada kekerasan. Apalagi atas nama agama. Orang komunis juga manusia. Allah memuliakan anak cucu Adam bukan?" kata Nasaruddin.
Seluruh umat Islam memang memiliki sejarah kelam bentrokan dengan PKI. PKI mengecewakan umat Islam dengan mendzolimi ulama, serta mengkhianati tokoh-tokoh umat. Sehingga, luka itu masih membekas dan terus akan membekas.
"Jadi, paham yang sudah nyata-nyata telah menciptakan suatu kebrutalan di dalam masyarakat, tidak menghargai tokoh-tokoh agama yang selama ini kita hargai, bahkan dia bunuh, masa kita mau melakukan sesuatu yang memberikan mereka pengakuan?" jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.
Namun, biar bagaimanapun, ia tetap tidak setuju jika ada orang yang mengklaim dirinya atau jika ada orang yang melakukan tindakan anarkis terhadap simbol-simbol yang dicurigai komunis. Menurut dia, janganlah mengadili mereka, serahkan persoalan pada yang berwajib untuk menyelesaikan permasalahan itu.
"Pesan saya kepada seluruh kawan-kawan yang baik yang mau turun maupun tidak, yang terpenting, mari kita proteksi seluruh ajaran-ajaran yang bisa menimbulkan desakralisasi terhadap ajaran agama. Tetapi, jangan anarkistis karena itu nanti tidak menguntungkan bangsa. Jadi bukan saja merugikan umat Islam, tapi merugikan bangsa Indonesia secara umum," kata Nasaruddin.