Jumat 29 Sep 2017 16:38 WIB

Pemerintah Terbitkan Obligasi Ritel dengan Bunga 5,85 Persen

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nidia Zuraya
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah resmi membuka masa penawaran obligasi ritel Indonesia (ORI) 014 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Masa penawaran akan berlaku pada 29 September 2017 hingga 19 Oktober 2017.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, Obligasi negara tanpa warkat tersebut ditawarkan dengan kupon sebesar 5,85 persen per tahun, yang dibayarkan setiap tanggal 15 setiap bulan. Namun, ada masa holding period selama 2 kali pembayaran kupon, sebelum bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Robert optimistis tingkat bunga tersebut menarik karena lebih tinggi dari inflasi. ''Bunga itu cover inflasi. Angka 5,85 persen bukan angka yang rendah dibanding tren dunia,'' kata Robert, usai meluncurkan ORI014, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (29/9),

Berdasarkan data saat ini, Robert mengungkapkan target penerimaan dari penerbitan ORI014 mencapai Rp 13,4 triliun atau lebih rendah dari target awal Rp 20 triliun. Angka tersebut berasal dari target 18 bank dan 1 perusahaan sekuritas yang menjadi agen penjual.

ORI014 ditetapkan minimum pemesanan sebesar Rp 5 juta dan maksimumnya Rp 3 miliar, dengan tenor selama 3 tahun. Robert menilai, bunga yang ditawarkan dalam obligasi tersebut terbilang rendah.

Sebab, lanjutnya, saat ini merupakan periode terjadinya penurunan suku bunga dalam beberapa pekan terakhir. Selain itu, bunga rendah juga jadi upaya pemerintah memberika kesempatan individu berinvestasi.

''5,85 persen masih cukup menarik, di lingkungan suku bunganya sedang rendah,'' ujar dia.

Sampai dengan 26 September 2017, penerbitan SBN telah mencapai Rp 385 triliun atau 82,93 persen dari APBN-P 2017. Total SBN itu gabungan dari denominasi rupiah dan valuta asing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement