REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Parlemen Inggris mengatakan, proses renovasi Menara Elizabeth di Istana Westminster, tempat jam ikonik Big Ben berada, diperkirakan menelan biaya 61 juta euro atau sekitar Rp 971 miliar. Biaya renovasi ini naik hampir dua kali lipat dari yang sebelumnya hanya diprediksi sekitar 29 juta euro.
Parlemen Inggris mengatakan, kenaikan biaya ini terjadi setelah kontraktor yang bertanggung jawab dalam proses renovasi memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas pekerjaan tersebut. Hal ini memang tak mengherankan mengingat usia Big Ben yang telah lebih dari 150 tahun.
Sebelum kontrak tender, perkiraan tingkat tinggi awal ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah untuk menghindari eskalasi biaya dari pasar. Perkiraan selanjutnya, dengan menggunakan data yang lebih baik dan survei yang lebih luas, lebih mencerminkan kemungkinan biaya yang sebenarnya, kata seorang juru bicara parlemen Inggris, seperti dilaporkan laman the Independent, Jumat(29/9).
"Kami percaya bahwa sekarang kami memiliki perkiraan biaya pekerjaan yang lebih akurat dan akan melaporkan secara teratur kepada komite mengenai kemajuan pekerjaan," katanya menambahkan.
Kendati harus menggelontorkan dana lebih besar, namun Steve Jaggs, tokoh yang menjabat posisi Penjaga Jam Agung (Big Ben) menilai renovasi ini memang penting dilakukan. "Program kerja penting ini akan melindungi jam secara jangka panjang, sekaligus melindungi dan melestarikan rumahnya, Menara Elizabeth," ujarnya.
Selama proses renovasi, Big Ben akan berhenti berdentang. Adapun proses renovasi diperkirakan menghabiskan waktu sekitar empat tahun.
Big Ben rampung dibangun pada tahun 1858. Pada 31 Mei 2009, Big Ben telah menginjak usia 150 tahun. Tak mengherankan bila jam agung ini harus mengalami beberapa kali renovasi akibat kerusakan komponennya yang sudah cukup tua.