REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga Sabtu (30/9) pukul 09.00 WIT terekam sebanyak 1.489 kali gempa dan 71 kali gempa di antaranya dirasakan warga Jailolo, Halmahera barat, dan sekitarnya.
"Gempa ini terjadi akibat adanya deformasi batuan di bawah kerak bumi Halmahera Utara, ini sementara diteliti," kata Kepala Stasiun Geofisika Ternate Kustoro Hariyatmoko SSI ketika dikonfirmasi, Sabtu (30/9).
Seribuan gempa yang terekam ini, kata dia, adalah akumulasi sejak pertama kali muncul pada 27 September 2017 pukul 22.05 WIT. Gempa yang terjadi ini, menurut dia, lebih ekstrem bila dibandingkan dengan peristiwa serupa yang pernah muncul pada November 2015 lalu.
"Dikatakan ekstrem karena memang jumlahnya lebih banyak. Pada tahun 2015 juga sempat diteliti, terhenti dan kemudian diteliti lagi pada saat ini," ujarnya.
Seribuan gempa yang terjadi dalam selang waktu beberapa hari ini, lanjut dia, tidak berpotensi tsunami. "Jadi jangan cepat-cepat mempercayai informasi ada tsunami, paling baik adalah mendengarkan informasi atau arahan dari pemerintah setempat dan BMKG," katanya mengimbau.