REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini film Wage diluncurkan. Film ini mengangkat kisah pencipta lagu Wage Rudolf (WR) Supratman.
Terkait dengan target penonton, produsen film Opshid Media mematok angka minimal satu juta penonton. Hal tersebut dilihat bukan dari segi money oriented, tetapi memang karena pada dasarnya Opshid Media memiliki visi misi yang harus disampaikan kepada publik, sehingga semakin banyak yang menonton semakin baik.
Untuk investasi produksi total dari film Wage, Opshid Media menghabiskan dana sekitar Rp 16 miliar. Dana tersebut selain produksi Film juga digunakan untuk riset dan biaya pemasaran yang besar. "Edukasi dan pesan yang ingin disampaikan harus jelas dan tepat ke sasaran," jelas Ivan Nugroho, Direktur PT Opshid Media Untuk Indonesia Raya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (30/9).
Karena pasarnya adalah generasi milenial, Ivan pun memanfaatkan sosial media yang sering digunakan para pemuda untuk menyebarkan konten-konten bermutu bernada kebangsaan, yang bersifat good news, dan membangun. "Bukan mengarah pada provokasi yang kurang baik," katanya.
Selain itu, Opshid Media juga terus mengemas konten-konten tersebut semenarik mungkin, dan selipkan propaganda-propaganda serta ajakan untuk menonton film Wage.
Ivan menegaskan bahwa Film ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia serta untuk tanah air Indonesia itu sendiri. Selain sebagai film kebangsaan yang mempelopori bangkitnya rasa cinta tanah air di hati bangsanya, juga sebagai pelurus suatu peristiwa sejarah yang banyak melenceng.
"Karena lahirnya lagu Indonesia Raya menimbulkan ketakutan besar pada kaum penjajah. Kami juga berharap lahirnya film Wage ini dapat menjadi pemicu semangat cinta tanah air dan kiat untuk menghapuskan penjajahan di manapun dalam bentuk apapun. Tonton film Wage, mari kembali ke jati diri bangsa untuk Indonesia Raya," ujar Ivan melontarkan ajakan.