REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sekitar 700 orang dewasa Prancis, sepertiga dari mereka adalah wanita, dan sekitar 500 anak-anak berada di daerah yang dikuasai pemberontak di Irak dan Suriah, kata seorang pejabat di kantor kepresidenan Prancis pada Jumat(29/9) seperti dilansir Reuters. Hal tersebut meningkatkan tantangan hukum terkait cara penanganan terhadap mereka.
Pejabat kepresidenan tersebut mengatakan bahwa separuh dari 500 anak-anak itu lahir di sana, dan jumlah keseluruhan sekitar 2.000 warga negara atau penduduk Prancis berada di dua negara tersebut, 200 hingga 300 diantaranya tewas.
Prancis, seperti negara-negara Eropa lainnya, bergulat memikirkan cara untuk menangani mereka yang kembali dari perang. Menteri Dalam Negeri, Gerard Collomb mengatakan pada Agustus bahwa 271 petempur telah kembali ke Prancis dan sedang dalam penyelidikan.
Sekitar 1.400 istri warga asing dan anak-anak tersangka petempur IS ditahan oleh pemerintah Irak di sebuah tempat penampungan setelah pasukan pemerintah mengusir kelompok garis keras itu dari salah satu benteng terakhir mereka yang tersisa di Irak.