Sabtu 30 Sep 2017 13:31 WIB

Integrasi Imigran di Italia Langkah Perangi Terorisme

Rep: mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Muslim Italia menggelar aksi bertajuk 'Not in My Name' sebagai bentuk perlawanan terhadap terorisme di Milan, Italia (Ilustrasi)
Foto: Reuters/Alessandro Garofalo
Muslim Italia menggelar aksi bertajuk 'Not in My Name' sebagai bentuk perlawanan terhadap terorisme di Milan, Italia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Bersatunya para imigran di Italia di masa sekarang, dapat meningkatkan perdamaian sosial dan menerapkan kebijakan ekonomi yang sesuai untuk memerangi kemiskinan. Tercapainya dua faktor tersebut dirasa dapat memerangi terorisme.

Ramadan El Sayed, Imam Masjid Roma (masjid terbesar di dunia barat) sekaligus profesor studi Islam di Universitas Al-Azhar di Kairo mengatakan, para imam diharapkan dapat memfasilitasi integrasi para imigran Muslim. Hal itu dapat diwujudkan dengan mengadakan dialog, konferensi, bahkan pertemuan antara Muslim dan non-Muslim.

"Penting untuk memberikan khotbah dalam bahasa negara Anda menetap, tanpa mengisolasi komunitas Muslim. Saya selalu menyampaikan khotbah dalam bahasa Arab dan bahasa Italia agar semua orang bisa mengerti," kata El-Sayed, Jumat (29/9).

Dilansir dari Saudi Gazzete, saat ini ada sekitar 2 juta Muslim di Italia, yang sebagian besar berasal dari Maroko, Mesir dan Tunisia. Menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi menyebutkan di tahun 2016 sebanyak 360 ribu imigran datang dari Afrika Utara dan ditahun 2017 lebih dari 134 ribu mendarat di pantai Italia. Adapun menurut penelitian Pew Research Center yang berbasis di Washington DC menyebutkan, komunitas Islam di Italia akan tumbuh mencapai 3 juta di 2030.

Berdasarkan jumlah yang terbilang fantasis tersebut, integrasi imigran menjadi perbincangan yang hangat di Italia. Maka, parlemen Italia memberikan kewarganegaraan bagi mereka yang lahir di Italia sedang orang tuanya adalah warga negara asing atau hukum ius soli.

"Saya mendukung undang-undang ius soli, karena ini solusi untuk mendukung integrasi," kata El-Sayed. Dukungan pun juga diberikan oleh Paus Francis mengenai undang-undang tersebut.

Opini yang beredar di Italia saat ini, mengatakan, bahwa umat Islam adalah teroris. Banyak yang berpendapat juga Islam membelenggu hak-hak perempuan. Menanggapi hal tersebut El-Sayed mengatakan, bahwa ekstrimisme dan terorisme adalah kejahatan politik, tidak ada kaitannya dengan agama.

“Islam menyeruakan perdamaian bahkan melarang pertumpahan darah. Terorisme tidak dapat dikalahkan hanya dengan menerapkan tindakan pengamanan tapi membutuhkan solusi sosial dan budaya serta kebijakan ekonomi yang ditujukan untuk memerangi kemiskinan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement