Sabtu 30 Sep 2017 16:19 WIB

30 September, Masyarakat Padati Museum Jenderal Nasution

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hazliansyah
 Pemandu Museum Serma Royen Suryanto memberikan penjelasan mengenai tempat tidur Jenderal Besar A.H Nasution kepada wisatawan asal Yogyakarta saat mengunjungi Museum Jenderal Besar A.H Nasution di Jakarta, Rabu (28/12).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pemandu Museum Serma Royen Suryanto memberikan penjelasan mengenai tempat tidur Jenderal Besar A.H Nasution kepada wisatawan asal Yogyakarta saat mengunjungi Museum Jenderal Besar A.H Nasution di Jakarta, Rabu (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 52 tahun lalu, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa, lengan pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di kediamannya. Kediamannya yang terletak di Jalan Teuku Umar 4 Menteng Jakarta Pusat pun kini telah menjadi Museum Jenderal Nasution.

Tepat 52 tahun kemudian, pada Sabtu (30/9), tak seperti biasanya, museum itu dipadati warga yang penasaran dengan sejarah di rumah tersebut. Di tengah berkembangnya isu pemutaran kembali pemutaran kembali film G30SPKI, warga menunjukkan keingintahuannya dengan mengunjungi langsung tempat kejadian sejarah.

"Anak saya juga harus tahu sejarah, bagaimana dulu ada kekacauan luar biasa di negeri ini, dan tempat ini jadi saksinya, kepahlawanan beliau (Nasution) harus diingat dan diketahui anak kita," ujar Suharto, salah satu pengunjung yang datar bersama anak lelakinya.

Di dalam rumah Nasution itu, para pengunjung menyaksikan diorama kronologi pemburuan Jenderal Nasution, lengkap dengan diorama Pasukan Cakrabirawa. Peninggalan Ade Irma, putri Nasution yang juga menjadi korban tampak terpasang. Tidak lupa pengunjung mengambil potret kunjungannya itu.

"Kita mau lihat kan semalam kita nonton filmnya, jadi mau nyocokin, Nasution larinya kemana, Ade Irma ditembaknya dimana, gitu-gitu," ujar Akmal, seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama yang datang bersama kawan-kawannya.

Seperti diketahui, belakangan film G30SPKI besutan Arifin C. Noer kembali diputar di layar kaca Indonesia. Para pengunjung pun semakin tertarik mengamati sambil berdiskusi tentang film hingga berandai-andai pembaruan film tersebut.

Mereka juga menyaksikan sosok Kapten Pierre Tendean yang mengorbankan diri agar Nasution lolos. Mereka membandingkan aktor-aktor masa kini sebagai pemeran film G30SPKI andai saja dibuat versi baru.

"Kalau sekarang, yang meranin Pierre Tendean mungkin si Reza Rahardian kali ya," ujar salah satu pengunjung, Ridwan berkelakar.

Di kesempatan yang sama, putri Nasution, Herianti Saharah, yang akrab disapa Yanti, berkumpul di tempat tersebut bersama sejumlah rekannya. Rencananya, mereka akan bercerita tentang Jenderal AH Nasution. Namun, aktivitas tersebut tertutup untuk media massa. "Cuma kumpul-kumpul saja," ujar petugas keamanan setempat.

Pantauan Republika.co.id, hingga pukul 16.00 WIB, museum itu telah didatangi ratusan pengunjung. Dalam buku tamu, tercatat 167 pengunjung mendatangi museum tersebut pada Sabtu (30/9). Mengunjungi museum ini tidak dipungut biaya, namun disediakan pula kotak untuk sumbangan perawatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement