Sabtu 30 Sep 2017 20:05 WIB

Pentas 'Rawa Gambut' Simbol Punahnya Peradaban

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
Drama Rawa Gambut
Foto: Yudi Semai/Teater Potlot
Drama Rawa Gambut

REPUBLIKA.CO.ID,

Lahan dan tanaman gambut sudah berubah menjadi api. Asap kian mendekat kampung. Namun, ia tetap ngotot bertahan di tanah leluhurnya. Aku ingin mati di sini. "Ini tanah kami," ujar seorang pelakon di pengujung drama pentas Teater Potlot Rawa Gambut karya Conie Sema di Taman Budaya Lampung (TBL), Sabtu (30/9) petang.

Drama Rawa Gambut berdurasi satu jam tersebut, membuat decak kagum para penonton dari kalangan anak sekolah, penggiat seni, pengusaha, aktivis, jurnalis, dan penggiat lingkungan di gedung teater tertutup TBL. Rawa Gambut mengisahkan pergulatan manusia di kawasan gambut Pesisir Timur Sumatra, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel).

Menurut Conie Sema, yang juga penulis naskah dan sutradara Rawa Gambut, drama tersebut mengangkat kerusakan dan degradasi lahan gambut akibat pengelolaan oleh masyarakat dan ekspansi perusahaan perkebunan. Pengelolaan lahan gambut selama ini telah menghilangkan jejak-jejak sejarah dan peradaban masyarakat di Pesisir Timur Sumatra.