Sabtu 30 Sep 2017 20:14 WIB

Nobar Film G30S/PKI untuk Merawat Ingatan Bangsa

Rep: Ali Mansur/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Fahira Idris
Foto: DPD RI
Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Fahira Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite III Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) RI Fahira Idris menggelar nonton bareng (nobar) Film Pengkhianatan G30S/PKI di Rumah Aspirasi Fahira Idris di Bilangan Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu Malam ini (30/9). Menurut Fahira, acara nobar ini untuk merawat ingatan bangsa akan bahayanya sebuah ideologi yang anti agama, anti-Pancasila, dan antidemokrasi yang pernah merongrong kedaulatan bangsa ini.

Fahira mengatakan, nobar ini hanya salah satu cara mengedukasi dan merawat ingatan bangsa. "Jalur dan sarana edukasi serta advokasi akan kami kedepankan agar generasi muda bangsa ini paham apa itu PKI dan ideologi komunis serta kehancuran yang pernah mereka lakukan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di banyak negara lain di dunia," ujar Fahira, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (30/9)

Fahira menegaskan, Ormas Bang Japar yang dipimpinnya akan melawan dengan cara-cara beradab dan lewat koridor hukum.  Jika ada pihak-pihak yang ingin memberi angin atau ruang bagi kebangkitan PKI atau wacana dan keinginan pihak-pihak yang ingin mencabut Ketetapan MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut Fahira, seruan untuk terus mengingat peristiwa penculikan tujuh orang jenderal termasuk aksi-aksi kekerasan yang dilakukan PKI sejak 1948 bukan dimaksudkan agar bangsa ini terus memandang ke belakang. Namun, untuk merawat ingatan bangsa, tidak boleh memberi ruang sedikitpun bagi ideologi komunis yang bukan hanya anti agama, anti-Pancasila, dan anti demokrasi. Tapi juga sudah terbukti membawa kesengsaraan bagi negara-negara pengangut ideologi tersebut.

Tuduhan-tuduhan bahwa pemutaran kembali dan nobar film Pengkhianatan G30S/PKI adalah tanda bangsa ini terpaku kepada masa lalu. "Apalagi tudingan bahwa untuk menebar kebencian kepada anak cucu PKI sama sekali tidak berdasar dan sangat keliru," tegasnya.

Fahira mengatakan, masyarakat Indonesia sudah dewasa dan sudah tidak ada lagi diskriminasi bagi anak cucu PKI. Semuanya murni hanya untuk merawat ingatan bangsa. Fahira, sebagai ideologi komunis sampai kapanpun tidak akan pernah mati. Oleh karena itu, sikap selalu waspada harus terus dijaga terutama bagi para generasi muda yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini.

"Jangan sedikitpun lengah, terlebih bangsa ini pernah mengalami tragedi memilukan di mana PKI punya andil besar dalam tragedi tersebut. Jadikan sejarah sebagai cermin. Jadikan nilai-nilai agama dan pancasila sebagai landasan dalam bertindak. Dengan begitu tidak akan ada tempat bagi faham komunis di negeri ini," tutup Fahira.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement