Senin 02 Oct 2017 00:20 WIB

Trump: Menlu AS Sia-siakan Waktu Bernegosiasi dengan Korut

 Donald Trump.
Foto: AP/Andrew Harnik
Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump bercuit mengatakan kepada diplomat tertinggi A.S. untuk tidak menyia-nyiakan waktu bernegosiasi dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang dijulukinya "Pria Roket."

"Saya mengatakan kepada Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri kita yang luar biasa, bahwa dia menyia-nyiakan waktunya untuk bernegosiasi dengan Pria Roket Kecil," kata Trump di Twitter sehari setelah Tillersonmengungkapkan bahwa Amerika Serikat secara langsung berkomunikasi dengan Korea Utara mengenai program peluru kendali nuklir namun Pyongyang tidak menunjukkan minat untuk berdialog.

"Hemat energi Anda Rex, kita akan melakukan apa yang harus dilakukan!" kata Trump seperti dikutip Reuters, Ahad (10/1).

Sebelumnya Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta negara anggota menghindari perang dengan Korea Utara dan mengecam pemimpin dunia, yang menyebarkan ujaran kebencian kepada pengungsi untuk mendapatkan kuntungan politik.

Dua pasal pernyataan tersebut adalah kecaman tersirat Guterres kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang bersikap keras terhadap Pyongyang dan mengeluarkan beberapa kebijakan benci-pendatang.

Dalam pidato pertama pertemuan tahunan pemimpin 193 negara anggota di Sidang Umum PBB, sejak menjadi sekretaris jenderal pada Januari, Guterres mengatakan bahwa kemelut terkait Korea Utara harus diselesaikan dengan upaya politik, yang damai.

"Ini waktu tepat bagi pemimpin untuk menunjukkan sikap kenegarawanan," kata mantan perdana menteri Portugal itu. "Kita harus menghindari jalan menuju perang."

Di tengah ketegangan terkait ambisi nuklir dan rudal kendali Korea Utara, yang ingin punya kemampuan membombardir Amerika Serikat dengan rudal kendali berhulu ledak nuklir, Trump sering mengeluarkan pernyataan ancaman aksi militer.

Guterres juga meminta ke-15 negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk mempertahankan kesatuan sikap terkait Korea Utara. Lembaga tersebut baru saja menjatuhkan sanksi kesembilan terhadap Korea Utara sejak 2006.

Dalam pidatonya, Guterres juga membahas soal pengungsi. Mantan kepala badan pengungsi PBB itu mengaku "turut merasakan penderitaan saat menyaksikan bagaimana pengungsi dan pendatang dihina dan menjadi kambing hitam, serta melihat bagaimana tokoh politik justru memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan suara".

Sementara itu Presiden AS Donald Trump menjatuhkan larangan perjalanan baru untuk warga dari Korea Utara, Venezuela serta Chad, menjadikannya delapan negara yang tercakup dalam daftar larangan perjalanan terbaru.

Iran, Libya, Suriah, Yaman dan Somalia termasuk dalam daftar negara-negara yang terkena dampak dalam pengumuman baru yang dirilis kantor kepresidenan. Pembatasan perjalanan terhadap warga dari Sudan ditingkatkan.

Langkah-langkah tersebut membantu memenuhi janji kampanye yang dibuat Trump untuk memperketat prosedur imigrasi Amerika Serikat dan selaras dengan visi kebijakan luar negerinya "America First". Berbeda dengan larangan asli presiden, yang memiliki batas waktu, kali ini larangan tersebut berlaku tidak terbatas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement