REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Baru-baru ini masyarakat sekitar Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dihebohkan foto dan pemberitaan turun dan tertangkapnya seekor kereta putih sebagai pertanda erupsi. Namun, pemberitaan tersebut dianggap sebagai hoax (berita bohong) oleh Koordinator Bali Rumah Singgah Satwa, Tio Ross.
Menurutnya, foto kera putih yang dalam pemberitaan ditangkap, kemudian tersebar di media sosial bukanlah kera putih liar yang turun dari lereng Gunung Agung. "Kera putih yang di foto itu adalah dokumentasi kami, itu milik tokoh spiritual, Ashram Ratu Bagus yang dititipkan ke Bali Rumah Singgah Satwa," ujar Tio, Senin (2/10).
Foto itu menyebar dan jadi pemberitaan seolah-olah kera putih telah turun. Mitos kera putih turun jadi pertanda Gunung Agung akan meletus, memang diyakini banyak masyarakat Hindu Bali, khususnya yang tinggal di sekitar lereng. "Jadi foto kera putih yang dikatakan ditangkap, seolah turun dari lereng Gunung Agung itu hoax," ungkapnya.
Tio merasa perlu mengklarifikasi pemberitaan ini, karena berita hoax itu sudah menyebar di para pengungsi. Klarifikasi ini penting agar tidak menimbulkan kepanikan dan terjadi kesalahan informasi di tengah kewaspadaan bencana. Ia pun menyayangkan pihak portal berita online yang mengambil foto dokumentasi Bali Rumah Singgah Satwa dari media sosial miliknya. Kemudian menjadikannya kabar berita yang tidak tepat, tanpa melakukan klarifikasi sama sekali dengan pihak Bali Rumah Singgah Satwa.
Ia menceritakan, Bali Rumah Singgah Satwa mendapatkan titipan hewan kera putih dari pihak Ashram saat status Gunung Agung naik menjadi Awas. Karena Bali Rumah Singgah Satwa merupakan satu satunya organisasi yang peduli merawat hewan peliharaan para pengungsi saat mereka pindah mengungsi. Namun, sangat disayangkan foto kera putih milik Ashram tersebut kemudian disalahgunakan sebagai informasi hoax yang disebar ke pengungsi. "Pengungsi sudah susah jangan ditambah dengan pemberitaan yang tidak benar, dengan mengatasnamakan kepercayaan masyarakat dengan kera putih," terangnya.
Sebelumnya Gubernur Bali I Made Mangku Pastika telah mengingatkan kepada media agar tidak memberitakan informasi yang simpang siur. "Jangan menambah keresahan pengungsi, dengan berita yang tidak benar," kata Mangku Pastika kepada wartawan, di Posko Induk Tanah Ampo, Ahad (1/10).
Pastika meminta wartawan tetap memegang kode etik jurnalistik disaat meliput bencana. Wartawan diminta menghindari sumber berita yang belum tentu kebenarannya, dan tidak sebatas membuat berita bencana, tanpa menguji validitas narasumber dan kebenaran informasi.