REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok militan Mesir, Hasm mengaku bertanggung jawab atas ledakan kecil di Kedutaan Myanmar, Kairo, Sabtu (30/9). Pada Ahad (1/10), Hasm menyatakan, tindakan tersebut merupakan pembalasan atas tindakan Militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Kementerian Dalam Negeri Mesir belum berkomentar mengenai ledakan tersebut. Awalnya, penduduk setempat dan media melaporkan, ledakan di Kedutaan Myanmar diduga berasal dari pipa gas. Namun, dua sumber keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa jejak-jejak bahan peledak ditemukan di tempat terjadinya ledakan.
"Bom ini adalah peringatan kepada kedutaan (Myanmar) pembunuh, pembunuh wanita dan anak-anak Muslim Rohingya," kata Hasm dalam pernyataannya, dilansir dari Arab News, Senin (2/10).
Ledakan di Kedutaan Myanmar menjadi serangan pertama yang diakui Hasm. Sebelumnya, Hasm menjadi kelompok yang dipersalahkan atas beberapa serangan terhadap hakim dan polisi di sekitar Kairo. Sementara, Kedutaan Myanmar di Kairo tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
"Kami telah merencanakan dengan sangat hati-hati untuk memastikan tidak ada korban sipil atau orang yang tidak bersalah selama operasi (dalam ledakan tersebut). Atau kamu akan melihat api neraka yang tidak dapat dipadamkan," kata Hasm melalui pernyataannya pada Ahad (1/10).