REPUBLIKA.CO.ID, LAS VEGAS -- Polisi masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui motif di balik penembakan massal yang menyebabkan sedikitnya 59 orang tewas dan 527 lainnya cedera dalam sebuah konser di Las Vegas.
Seperti dilansir dari BBC, Selasa (3/10), Gunman Stephen Paddock (64) melepaskan tembakan dari lantai 32 Mandalay Bay Hotel ke sebuah festival musik pada Ahad malam.
Polisi menemukan 23 senjata di kamar hotelnya, dan juga lebih dari19 senjata api dan bahan peledak di rumahnya di Nevada. Beberapa bahan peledak dan beberapa ribu amunisi, bersama perangkat elektronik juga disita oleh polisi.
Petugas juga menemukan amonium nitrat di mobil Paddock. Namun belum ada alasan yang jelas terkait motif pembunuhan tersebut. Penyidik tidak menemukan kaitan insiden ini dengan terorisme internasional, meski ada klaim dari ISIS.
Presiden Donald Trump menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan murni dalam sebuah pidato dari Gedung Putih pada hari Senin. Stephen Paddock tinggal di sebuah komunitas warga lanjut usia di kota kecil Mesquite, timur laut Las Vegas.
Dia dilaporkan tinggal bersama seorang wanita bernama Marilou Danley yang berada di luar negeri dan menurut polisi wanita tersebut tidak terlibat.
David Famiglietti dari Armory New Frontier mengatakan Paddock telah membeli senjata api di tokonya di Las Vegas Utara pada musim semi tahun ini. Namun, menurut Famiglietti senapan yang dibeli Paddock tidak akan mampu melakukan penyerangan tersebut.
Menurut polisi, Paddock telah memesan hotel empat hari sebelumnya, pada tanggal 28 September. Ia memesan hotel dengan menggunakan beberapa dokumen identitas Ms Danley. Sheriff Lombardo mengatakan, ada 10 koper di suite yang memiliki dua kamar.
Nevada memiliki beberapa undang-undang senjata paling ketat di Amerika Serikat. Orang diizinkan membawa senjata dan tidak perlu mendaftarkan diri sebagai pemilik senjata. Pemeriksaan latar belakang dilakukan saat orang membeli senjata, tapi mereka juga diizinkan menjualnya secara pribadi.