REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan tidak akan mencabut program bebas visa. Menurutnya, pendapat yang menilai program bebas visa banyak dimanfaatkan 'penjahat impor' dan anggota jaringan teroris datang ke Indonesia tidak tepat.
Jokowi mengatakan, hal tersebut tak mungkin terjadi. Bahkan, menurutnya, program bebas visa memang harus dilakukan untuk membuka seluas mungkin kemudahan wisatawan yang ingin berkunjung ke Indonesia dan menikmati beragam pariwisata yang disajikan.
"Karena takut teroris? Alasannya ada saja. Kadang kita mau buka, nakut-nakutin Presiden. Saya ini enggak punya takut. Kalau negara orang buka ya kita harus buka," ujar Jokowi dalam acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Selasa (3/10).
Menurut Jokowi, keterbukaan visa bukan hanya dilakukan oleh Indonesia. Negara seperti Singapura dan Malaysia pun telah melakukan program serupa untuk menarik wisatawan luar negeri. Hasilnya di kedua negara tersebut tidak terjadi terorisme. Artinya teroris yang beraksi di Indonesia sebenarnya bukan disebabkan kemudahan akses ini. Teroris tersebut justru datang dari dalam negeri sendiri.
Jokowi menjelaskan, Indonesia sangat kaya dengan objek pariwisata. Mulai dari gunung, pulau, pantai hingga obyek lainnya. Melalui keterbukaan akses ini Jokowi telah mengintruksikan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) agar bisa menarik 20 wisatawan menikmati Indonesia.
Selama ini negara tetangga khususnya Thailand berhasil meningkatkan jumlah pariwisata, bahkan melebihi 20 juta. Malaysia dan Singapura pun terus berbenah meningkatkan pariwisata dengan sektor andalannya.