REPUBLIKA.CO.ID, Kasus penembakan di Las Vegas oleh Stephen Paddock menyisakan banyak cerita. Salah satu hal yang menarik adalah adanya upaya untuk mengaitkan Muslim dalam teror tersebut.
Usai kejadian, beredar dengan cepat kabar dari kelompok mengaku ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan berdarah di Las Vegas. Kelompok itu menyebut Paddock telah masuk Islam beberapa bulan lalu.
Paddock yang suka berjudi dikatakan memiliki nama Abu Abd al-Barr al-Amriki. Ia melakukan penyerangan atas perintah Baghdadi. Namun usai penyelidikan, FBI membantah semua klaim tersebut.
Di India, salah satu situs media meminta maaf karena membagikan berita yang menyebut penyerang di Las Vegas adalah seorang Muslim. "It was hysteria. I have never been this scared': Panic as Las Vegas Muslim shooter opened fire." Seperti dikutip Outlookindia.com, media yang membagikan kabar tersebut yakni Hindustan Times.
Tak hanya itu Wayne Ally Root yang bekerja di radio Las Vegas dengan cepat dalam Twitter-nya menyebut penembakan itu merupakan serangan Muslim terkoordinasi. "This i real thing. A cleary coordinated Muslim terror attack. Pray for Vegas police. PRAY for victims. Very Bad. Awful."
Taslima Nasreen, seorang penulis dari Bangladesh yang tinggal di India mengatakan, inilah mengapa orang membenci Muslim. "Who shot at Las Vegas concert? who killed ppl? Most probably it is a muslim terroist inspired by ISIS. It's the reason why ppl hate Muslim," tulisnya di Twitter seperti dikutip outlookindia.com.
Semua tudingan itu terbukti tak benar. Pelaku penembakan mematikan di Las Vegas, Stephen Paddock, diketahui merupakan mantan akuntan yang kaya raya.
Pihak berwenang mengatakan, pria berusia 64 tahun ini memiliki lisensi untuk menerbangkan pesawat kecil dan memiliki dua pesawat. Menurut salah satu tetangganya, Paddock adalah seorang penjudi profesional dan agak sedikit aneh.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters, ada alasan untuk percaya Paddock memiliki sejarah masalah psikologis. Saudara laki-laki tersangka, Eric Paddock, mengatakan kepada wartawan, ayah mereka, Patrick Benjamin Paddock, adalah perampok bank yang dulunya ada di daftar paling dicari FBI dan pernah melarikan diri dari penjara.
Sayangnya, Presiden Donald Trump enggan menyebut pelaku sebagai teroris, meskipun korban tewas mencapai 59 orang. Sejumlah pejabat beralasan, pelaku bukan teroris karena tidak memiliki motif ideologi atau politik tertentu. Hal ini tentu akan berbeda jika pelaku adalah seorang Muslim.