REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tersangka penembakan Las Vegas yang menewaskan 58 orang dan melukai lebih dari 500 orang dalam penembakan massal terhadap pengunjung konser di Las Vegas, Amerika Serikat, menempatkan sejumlah kamera pengintai di sekitar kamar hotelnya.
Terdapat dua kamera di lorong hotel, salah satunya terpasang di troli hotel. Satu kamera di lubang akses.
Polisi mengatakan, penempatan kamera tersebut memungkinkan Stephen Paddock untuk memantau pergerakan penegak hukum atau polisi ke arah kamar hotelnya.
Pihak berwenang masih belum dapat menjelaskan motif Paddock (64) melepaskan tembakan membabi-buta dari Mandala Bay Hotel, Ahad (1/10) malam waktu setempat.
Polisi mengungkapkan Paddock melakukan serangannya secara terencana. Dia mengangkut persenjataan yang begitu banyak ke dalam hotel.
Polisi menemukan 23 senjata di kamar hotel Paddock. Di samping itu, masih ada senjata api dan bahan peledak di rumahnya.
Clark County Sheriff Joseph Lombardo mengatakan, "Itu sudah direncanakan sebelumnya dan saya cukup yakin dia mengevaluasi semua yang dia lakukan dalam tindakannya," katanya seperti dilansir independent.co.uk.
Tragedi penembakan tersebut merupakan yang terburuk dalam sejarah modern AS. sehingga memicu perdebatan mengenai undang-undang senjata AS.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sebelumnya menggambarkan Paddock sebagai orang yang memiliki penyakit jiwa.
Namun seorang pejabat keamanan AS, mengatakan bahwa tidak ada bukti penyakit jiwa atau kerusakan otak dalam diri Paddock.
Polisi juga tidak menemukan adanya kaitan dengan organisasi teroris asing atau domestik. FBI juga mengatakan, telah menemukan bahwa Paddock tidak ada hubungan dengan organisasi teroris internasional.
Paddock, yang tampaknya telah membunuh dirinya sendiri sebelum polisi menyerbu kamar hotelnya juga tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.