REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Didin Hafidhuddin mengatakan hubungan umat Islam dan TNI ke depannya harus semakin kuat. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Dewan Dakwa Islamiyah Indonesia (DDII) ini mengatakan, kuncinya adalah tetap menjalin komunikasi yang baik antara umat Islam dan TNI.
"Ke depan harus semakin akrab, semakin dekat, kita bersama-sama membangun bangsa dan negara," ujar Didin kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (5/10).
TNI dan umat Islam menurutnya tidak perlu lagi diragukan perihal kesetiaannya dalam menjaga bangsa dan negara, juga terhadap NKRI, Pancasila dan UUD 1945. Pasalnya dua kelompok besar inilah yang sejak lama turut andil melahirkan NKRI dan Pancasila.
"Karena yang melahirkan itu ya dua kelompok ini, baik Pancasila, UUD 45, apalagi NKRI, tidak mungkin kan umat Islam itu benci sama NKRI, benci sama UUD, karena kan lahir dari rahim mereka," terang Didin.
Dia mengatakan, riak-riak yang terjadi lanjutnya, biarlah menjadi warna dalam negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Asalkan tetap harus menjalin komunikasi yang positif sehingga saat riak-riak itu mucul dapat segera ditemukan solusinya.
"Saya kira tidak melihat ada keretakan apapun, kalau pun ada riak-riak politik ya wajarlah sebuah kehidupan berdemokrasi berbangsa dan bernegara. Tapi sejatinya memang TNI dan umat Islam itu dua kekuatan yang tidak bisa dipisahkan satu dan yang lainnya," jelas dia.
Jangan sampai, pesan Didin, saat riak-riak politik itu muncul kemudian dibiarkan berkembang liar. Karena hal tersebut dapat memicu miskomunikasi, sehingga harus betul-betul dikomunikasikan dengan baik. Ke depan, Didin menegaskan, faktor komunikasi sangat penting, dengan harapan akan terjalin hubungan yang baik dan hubungan yang baik akan saling menguntungkan terutama untuk bangsa dan negara.