REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah cukup lama vakum dari dapur rekaman, akhirnya penyanyi Andien Aisyah kembali merilis album ketujuh, Metamorfosa. Andien mengerjakan album ini sejak mengandung Anaku Askara Biru, anaknya.
Ia mengakui bahwa salah satu inspirasi album ini adalah tentang perjalanannya menjadi ibu. Meski begitu, Andien tetap ingin memperlihatkan beragam versi dirinya lewat Metamorfosa.
"Perannya sendiri dalam kehidupan kan ada banyak lapisannya dan itu tertuang di lagu-lagu. Kalau didengar lagunya seperti hampir tidak ada benang merahnya. Jadi yang satu ini, yang satu gitu. Ada yang smooth banget, ada yang jazz, ada yang lebih ke bossanova jadi beda-beda banget gitu," ujarnya di Jakarta.
Andien bercerita, album ini menggambarkan perubahan hidupnya dari masa awal karier hingga kini yang menyandang peran sebagai istri sekaligus ibu. "Tentu saja, dengan segala pendewasaan atau proses yang sudah gue jalani selama 17 tahun, baik di musik maupun di luar musik. Juga menjadi bentuk rasa syukur atas perjalanan hidup dan kareir yang telah gue lalui," imbuhnya.
Menariknya, album Metamorfosa digarap secara indie. Hal itu membuat Andien dan tim managemennya harus belajar mengerjakan semuanya secara sendiri.
Sebenarnya ini bukan kali pertama baginya mengeluarkan album yang tidak bergantung pada label musik mayor. Sebelumnya ibu satu anak itu pernah mengeluarkan album indie berjudul Bisikan Hati yang rilis pada 2000.
"Aku sampai pada titik, kembali ke belakang. Aku harus ingat kenapa mau jadi penyanyi. Aku menyanyi karena suka lagunya, tidak lagi memikirkan bagaimana pandangan orang pada laguku," sambung Andien.
"Di sini aku tidak melihat laku atau tidak, tetapi karena aku sebagai penyanyi. Karena saat ini jualan album susah," ungkapnya.
Rekaman album Metamorfosa diproduseri oleh Nikita Dompas. Proses pembuatan Metanorfosa memakan waktu hampir kurang lebih satu tahun. Mulai dari persiapan materi album hingga mastering dan telah didistribusikan dalam bentuk CD album dan digital mulai Oktober tahun ini.
Mendengarkan album Metamorfosa serasa mendengarkan Andien di awal kariernya, namun dengan versi yang lebih dewasa. Sebanyak 11 lagu yang ada dalam album ini kental nuansa jazz dan lebih soulful.
Single Belahan Jantungku dan Indahnya Dunia merupakan dua lagu yang ditemukan di dalamnya. Belahan Jantungku bercerita tentang kebahagiaan Andien sebagai seorang ibu dari sang buah hati. Lagu yang dibuat oleh Tulus ini dirilis ketika Andien hamil 8 bulan.
Sedangkan lagu Indahnya Dunia merupakan single kedua yang mengajarkan tentang rasa syukur untuk menikmati keindahan yang tak hanya ditangkap oleh mata, namun juga perasaan. Selain Belahan Jantungku dan Indahnya Dunia, penikmat musik tanah air juga dapat mendengarkan lantunan suara indah Andien pada lagu Warna, Biru, Askara, Metamorfosa, Halo Sayangku, Pelita.
Untuk album ini, Andien ikut menggandeng beberapa musisi seperti Tohpati, Abenk Alter, Lale Ilman Nino bahka Tulus juga turut serta memberikan warna pada album ini.
"Selama hampir 15 tahun bekerja sama dengan Andien, saya melihat Metamorfosa ini adalah album yang paling menggambarkan Andien, musik dan kehidupannya. Mulai dari pemilihan materi, musik, sampai musisi yang berkolaborasi di album ini, semuanya bernuansa jazz seperti awal karier musik Andien," tambah Nikita Dompas.