Kamis 05 Oct 2017 19:30 WIB

Wisata Selam Rasakan Dampak Parah Gunung Agung

Rep: Amri Amrullah/ Red: Winda Destiana Putri
Wisatawan menyelam di titik selam Mari Mabuk, Pulau Tomia, Waha, Tomia, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (ilustrasi)
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Wisatawan menyelam di titik selam Mari Mabuk, Pulau Tomia, Waha, Tomia, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Wilayah pantai timur laut Bali sejak dahulu terkenal dengan wisata selamnya. Beberapa titik selam favorit di timur laut Bali diantaranya Tulamben, Amed, Teluk Jemeluk dan Banyuning terkenal karena keindahan bawah lautnya.

Namun status Awas Gunung Agung memberi dampak signifikan penurunan kunjungan wisatawan yang ingin menyelam di wilayah ini. Kawasan Tulamben salah satu yang dikategorikan wilayah zona merah, karena masuk area aliran lava Gunung Agung.

Penutupan area wisata selam Tulamben ini berdampak pada tempat wisata selam sekitarnya yang masuk zona aman. Di spot selam dekat pantai Amed, sudah dua pekan berbagai tempat penyewaan alat selam di area ini sepi wisatawan.

Jalan menuju Amed Beach yang biasa selalu dipenuhi turis mancanegara kini lengang tanpa aktivitas wisata. Walau beberapa resto, hotel dan tempat penyewaan alat tetap buka, tapi kosong dari pengunjung.

Turis asing penghobi diving yang di hari biasa memenuhi sepanjang jalan menuju pantai Amed kini tak terlihat. Hanya satu orang dua orang bule yang terlihat duduk-duduk di beberapa resto sambil meminum bir.

Manager BLD Dive, I Gede Tama (28) mengungkapkan dua minggu ini kawasan pantai Amed sepi. Kalaupun ada bule, mereka adalah para penyelam yang datang sebelum naiknya status Awas Gunung Agung. "Hanya untuk menyelesaikan kursus divingnya," katanya kepada Republika, Kamis (5/10).

"Biasanya kalau normal, disini sehari ada 100-150 turis yang sewa alat selam. Tapi sudah dua minggu ini enggak ada turis yang datang," ujarnya. Alat selam yang disewakan pun masih lengkap, tak ada satupun yang disewa sejak dua minggu ini.

Gede Tama mengaku awalnya masih optimis, setelah status Gunung Agung naik jadi Awas. Masih banyak pemesanan, namun dalam sehari setelah itu dibatalkan dengan alasan keamanan. Tapi beberapa hari setelah itu langsung drop.

"Setelah (status) Awas, enggak ada tamu dan pemesanan sama sekali sampai sekarang," terangnya.

Tiga boat yang biasanya mengangkut penyelam ke titik selam pun sudah dua minggu ini tak ke laut. Dan ia menjelaskan, ini dirasakan hampir semua tempat yang menyewakan fasilitas penyelaman di pantai Amed.

"Sekarang saja banyak pemilik diving di Amed yang sudah menutup tempat usahanya," ungkap Gede Tama. Padahal bukan wilayah bahaya.

Tapi karena tidak ada pengunjung dan awalnya tetap buka, mereka terus merugi. "Sehingga banyak yang memilih tutup."

Ia memprediksi kalau kondisi ini terus terjadi, apalagi sampai meletus kuat, dikhawatirkan tempat diving ini berpotensi bangkrut. Walaupun diakui dia, wisatawan akan beralih ke spot selam lain di Bali. Seperti di Nusa Penida dan Nusa Lembongan. "Dari Tulamben dan Amed kebanyakan beralih ke sana," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement