REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (Kioson), perusahaan teknologi penyedia jasa Online-to-Offline (O2O) e-commerce pertama di Indonesia, resmi melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten KIOS pada Kamis (5/10). Pada masa penawaran awal yang berlangsung 26-28 September 2017, saham Kioson ditetapkan di harga Rp 300 per lembar saham.
Jumlah saham yang dilepas sebesar 150 juta lembar saham atau setara 23,07 persen dari total saham perusahaan. Melalui IPO ini, Kioson berhasil memperoleh dana sebesar Rp 45 miliar. Selama proses penawaran saham, pemesanan atas saham Perseroan mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.
Dengan demikian, Kioson resmi menjadi perusahaan rintisan (startup) pertama di Bursa Efek Indonesia dan menjadi emiten ke-24 tahun ini serta ke-558 dari total keseluruhan emiten di Bursa Efek Indonesia. Kioson akan menempati sektor perdagangan, jasa, dan investasi dan subsektor perdagangan ritel di daftar emiten Bursa Efek Indonesia.
Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (Kioson) Jasin Halim mengatakan, proses penawaran saham berjalan baik dan menggambarkan antusiasme investor berinvestasi di bisnis O2O e-commerce. Momen IPO Kioson merupakan batu loncatan penting bagi dunia pasar modal Indonesia karena untuk pertama kalinya, investor ritel bisa berinvestasi di startup teknologi. "Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu Kioson selama proses menuju IPO. Kesuksesan IPO ini menjadi angin segar untukstartup di Indonesia, bahwa sumber pendanaan melalui IPO layak menjadi pertimbangan, " kata Jasin melalui siaran pers.
Jasin menyebutkan IPO ini akan memperkuat komitmen Kioson dalam menjembatani underserved market dengan dunia digital. Strategi dengan misi inklusi digital diyakini memegang peranan penting untuk meningkatkan penetrasi layanan digital di kota-kota lapis kedua di Indonesia. "Sehingga bisa memudahkan berbagai lapisan masyarakat memenuhi kebutuhan hariannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak bisnis yang baik bagi Kioson serta investor," kata Jasin.
Strategi inklusi digital ini juga mendukung visi pemerintah Indonesia sesuai yang diutarakan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai digital economy power house terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Dari seluruh dana yang dihimpun melalui IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sebanyak 78,95 persen akan digunakan Kioson untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi (Narindo). Selebihnya, akan digunakan untuk modal kerja.
Direktur Keuangan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk Setiawan Parikesit mengatakan akuisisi ini berperan strategis untuk memperkuat infrastruktur Kioson di daerah melalui aset yang sudah dimiliki oleh Narindo. "Dengan keberadaan Narindo yang fokus di bisnis aggregatore-voucher, artinya Kioson telah menjaga bisnis perusahaan sejak dari hulu, sehingga kami harapkan dapat mendukung bottom line Kioson. Hal ini sekaligus dapat memenuhi ekspektasi investor di Indonesia yang masih melihat bottom line untuk menilai perusahaan, tetapi tanpa menomorduakan inovasi khas perusahaanstartupteknologi," ujarnya.
Jasin menambahkan, dari segi inovasi, Kioson juga memproyeksikan akan meluncurkan beberapa layanan baru di dalam aplikasinya agar dapat terus memberikan kemudahan kepada pelanggan dengan produk-produk inovatif. Saat ini, fokus layanan Kioson terdiri dari tiga kategori, yakni layanan digital dan Payment Point Online Bank (PPOB), layanan Keuangan, serta layanane-commerce. Kioson juga bermitra dengan perusahaan terkemuka antara lain perusahaan gawai, perbankan, asuransi, dan e-commerce. "Ke depannya, kami akan membuka peluang lebih luas kepada berbagai produk dan jasa yang bisa ditawarkan melalui mitra kios kami," ungkap Jasin.
Kioson beroperasi sejak 2015. Per 30 April 2017, perseroan mencatat kenaikan omset Rp 25,9 miliar, meningkat sebanyak 445 persen dari Rp 4,7 miliar (yoy). Kinerja tersebut merupakan bentuk dukungan dari setidaknya 19 ribu mitra kios yang tersebar di 384 kota di Indonesia per September 2017. Kioson menargetkan untuk menambah jumlah mitra kios menjadi sebesar 30 ribu sampai akhir 2017 atau meningkat 400 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016.