REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Ketua International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) Beatrice Fihn mengatakan pekerjaan komite yang dikepalainya masih belum usai. Meskipun ICAN telah dianugerahi gelar Nobel Perdamaian tahun ini.
"Kami belum selesai, pekerjaan masih belum rampung sampai senjata nuklir hilang seutuhnya," kata Beatrice Fihn seperti dikutip the Guardian, Jumat (6/10).
Fihn mengatakan, gesekan antara Wahington dan Pyongyang menjadi pengingat bagi organisasi terkait keberadaan senjata nuklir. Dia mendesak dunia untuk menghilangkan kurang lebih 15 ribu senjata nuklir yang ada.
Menurut Fihn, dunia terancam hancur selama senjata itu belum musnah. Dia menambahkan, bahaya akan selalu ada selama senjata nuklir masih diberdayakan. "Dan pada akhirnya keberuntungan kita pun akan habis," katanya.
ICAN merupakan koalisi akar rumput dari 468 organisasi non-pemerintah yang tergabung dari 101 negara. Organisasi tersebut lahir di Australia dan diresmikan pada 2007 di Vienna dan berbasis disana.
ICAN memiliki anggaran tahunan sekitar 1 juta dolar AS yang didanai oleh sumbangan pribadi. Ditambah dukungan finansial dari Uni Eropa dan negara-negara termasuk Norwegia, Swiss, Jerman dan Vatikan.
"Semakin banyak negara yang menolak senjata nuklir dan serta opini publik yang terus berubah untuk berpikir bahwa ini tidak dapat diterima maka semakin sulit bagi negara-negara bersenjata nuklir untuk membenarkannya," kata Fihn.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement