Jumat 06 Oct 2017 19:11 WIB

Mikroorganisme Hutan Bisa Tingkatkan Kesejahteraan

Jamur Tiram (Ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Jamur Tiram (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mikroorganisme hutan seperti jamur selain memiliki peran negatif sebagai pantogen hutan, juga memiliki peranan positif yang penting dalam memelihara ekosistem hutan maupun lumbung ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Achmad di Bogor, Jumat (6/10) mengatakan peranan positif mikroorganisme sebagai lumbung ekonomi masyarakat antara lain melalui bahan pangan, obat, biopulping, dan penstimulir gaharu.

Ia menjelaskan jamur pangan meliputi semua jenis jamur yang dapat dimakan dan atau dapat diolah sebagaimana lazimnya bahan pangan lainnya, seperti dimasak dengan berbagai resep atau dibuat keripik atau produk olahan lainnya sebagai makanan ringan. "Jamur pangan yang telah dikonsumsi secara luas oleh masyarakat di seluruh dunia antara lain jamur kancing, jamur shiitake, jamur kuping, jamur merang, jamur tiram, dan beberapa jamur lainnya," katanya.

Dari beberapa macam jamur yang ada lanjutnya, terdapat jamur yang dapat digunakan sebagai obat, antara lain adalah jamur umbi (truffle). Jamur tersebut telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW (prophetic medicine). Achmad mengatakan Said bin Zaid meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Al-Kam'ah (jamur umbi/truffle) itu seperti manna, airnya dapat menyehatkan mata (HR Bukhari dan Muslim).

Jenis jamur

Jenis jamur lainnya telah banyak dimanfaatkan sebagai obat di kalangan masyarakat, contohnya adalah jamur Ganoderma, pulp atau bubur kayu, yang merupakan bahan dasar pembuatan kertas, dihasilkan antara lain dari kayu yang didelignifikasi secara kimiawi, atau kombinasi metode kimiawi dan mekanis.

"Biopulping adalah biomekanik pulping' yaitu penggunaan jamur untuk menggantikan bahan kimia pada praperlakuan kayu untuk proses pulping mekanis," katanya.

Ia menjelaskan kayu terutama terdiri atas lignin, selulosa dan hemiselulosa. telah diketahui bahwa jamur pelapuk putih (white rot fungi) secara selektif mendegradasi lignin pada kayu.

Sebagai contoh Gaharu adalah kayu yang harum akibat infeksi oleh mikroorganisme penstimulir gaharu. Pohon penghasil gaharu antara lain Aquilera sp yang tumbuh subur di Indonesia. "Jamur pembentuk gaharu yang telah ditelitik di Indonesia antara lain adalah Acremonium sp, Aspergillus niger, Botryodiplodia sp, Phytium sp, Fusarium solani, dan Fusarium spp, yang semuanya merupakan jamur pantogen tanaman," katanya.

Menurut Achmad penelitian untuk memperoleh isolat-isolat unggul perlu terus dilakukan karena jenis isolat merupakan faktor pertama penentu keberhasilan pembentukan gaharu pada pohon.

Disebutkan, Divisi Perlindungan Hutan Departemen Silvikultur IPB telah memanfaatkan mikroorganisme untuk mengembangkan jamur antagonis untuk pengendalian hayati pantogen hutan, yaitu Trichoderma sp dan Pleurotus sp. Pengembangan isolat jamur pangan lokal potensial dan yang sudah diungkap adalah jamur morel (Morchella aff. deliciosa) yang ditemukan di Gunung Rinjani.

Menurut Achmad tantangan masa depan dalam pemanfaatan mikroorganise hutan terkait perannya sebagai penyebab penyakit hutan adalah bahwa pengelolaan penyakit hutan menggunakan pohon yang tahan peyakit adalah metode yang efektif, aman, hemat, dan kompatibel dengan metode pengelolaan lainnya.

"Mikroorganisme dapat dimanfaatkan untuk menyeleksi pohon tahan penyakit yaitu dengan mengubah genetik dari mikroorganisme patogenik tersebut," katanya.

Bila telah diperoleh ras baru pantogen lanjutya, yang ditunjukkan oleh mampunya isolat menjadikan sakit inang yang tadinya tahan, maka 'patogen ras baru' tersebut dapat digunakan untuk menyeleksi berbagai genotipe pohon dari jenis yang sama. "Bila diperoleh pohon yang resisten terhadap penyakit, maka dapat digunakan sebagai sumber bibit untuk penanaman pada siklus tebang berikutnya," kata Achmad.

Terkait dengan peran positifnya lanjut Achmad, keunggulan pemanfaatan mikroorganisme hutan meliputi hal-hal berikut: terbarukan, keragamannya sangat tinggi di alam sehingga dapat dilakukan seleksi ras-ras terbaik, melimpah, terus ada sepanjang tahun karena hutan Indonesia adalah hutan hujan tropika yang selalu hijau sepanjang tahun. "Memungkinkan dilakukan perakita ras unggul melalui pendekatan konvensional antara lain melalui kecocokan mating type atau melalui pendekatan bioteknologi," kata Achmad.

Achmad secara terperinci menjelaskan peranan mikroorganisme hutan dalam orasi ilmiah Guru Besar IPB yang akan disampaikannya Sabtu (8/10) besok. Judul orasinya "Peranan Mikroorganisme Hutan dan Tatangan Pemanfaatannya di Masa Depan".

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement