REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan pengajian bulanan bertema Islam, TNI dan Kedaulatan Bangsa di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jumat (6/10) malam. IPP Muhammadiyah berpandangan kedaulatan Bangsa Indonesia tidak lepas dari umat Islam dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Bersyukur kepada Allah SWT bisa menyelenggarakan pengajian, boleh jadi ini pengajian paling padat pesertanya, mungkin bisa menjadi rating tertinggi," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberikan pidato pembukaan di pengajian bulanan, Jumat (6/10).
Haedar menjelaskan, Islam, TNI dan kedaulatan bangsa adalah satu napas serta satu jiwa. Kedaulatan bangsa tidak akan lepas dari umat Islam dan TNI. Tanpa TNI dan umat Islam, tidak akan tegak kedaulatan Bangsa Indonesia.
"Peran umat Islam dalam konteks perjuangan kebangsaan sampai pada pascakemerdekaan sampai kapanpun akan tetap berdiri tegak di depan," ujarnya.
Haedar menjelaskan, ke depan pergumulan perjuangan kedaulatan akan memasuki fase baru, yang tidak sekedar fisik dan materi. Sebab, tidak kalah pentingnya perjuangan intelektual dan berbagai macam pusat-pusat keunggulan yang harus dimiliki dan direbut
"Karena bangsa yang tanpa kekuatan dan keunggulan strategis seperti itu dia hanya akan menjadi objek menderita dari kekuatan manapun, baik dari dalam maupun dari luar," ujarnya.
Ia menegaskan, dalam konteks inilah Muhammadiyah menggariskan bahwa perjuangan ke depan adalah al-jihad lil-muwajahah. Yakni perjuangan menghadapi berbagai macam hal yang tidak kalah pentingnya dengan al-jihad lil-Muarodoh.
Haedar menerangkan, penyelenggaraan acara pengajian bulanan ini dalam konteks pengajian. Sehingga, apa yang disampaikan narasumber sebaiknya disimak dengan seksama.
Pengajian ini dihadiri Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, Pengamat Militer Prof Salim Said, Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari.