REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Sabtu (7/10) pagi diakibatkan oleh fenomena hujan ekstre. Demikian keterangan Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo. "Berdasarkan hasil pengukuran curah hujan harian di Stasiun Meteorologi Cilacap hingga pukul 07.00 WIB tercatat mencapai 171,6 milimeter. Kondisi tersebut sudah termasuk kategori hujan ekstrem karena mencapai di atas 150 milimeter per hari," katanya di Cilacap, Sabtu.
Bahkan, kata Teguh, curah hujan harian di Bandara Tunggul Wulung, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, pada Sabtu (7/10) pagi tercatat mencapai 298 milimeter. Ia memprakirakan hujan masih akan mengguyur Cilacap hingga menjelang siang hari. "Kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap dampak hujan ekstrem tersebut. Kami akan segera informasikan jika ada perkembangan," katanya.
Lebih lanjut, Teguh mengatakan selain karena sebagian wilayah Cilacap khususnya Kecamatan Cilacap Selatan sudah memasuki awal musim hujan pada dasarian (10 hari) pertama bulan Oktober, hujan yang terjadi sejak Jumat (6/10) malam hingga Sabtu (7/10) juga dipengaruhi oleh munculnya daerah pusat tekanan rendah. Berdasarkan citra satelit, kata dia, di Australia bagian utara terdapat daerah pusat tekanan rendah yang tekanannya saat mencapai 1.005 milibar.
Seperti diberitakan, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap dilanda banjir pada Sabtu (7/10) pagi, antara lain Desa Kawunganten dan Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, dan beberapa wilayah di kota Cilacap seperti Perumahan Ketapang, Jalan Sutomo, Jalan Kendeng, dan sebagian Kecamatan Cilacap Selatan. Bahkan, tinggi genangan air di Desa Kalijeruk dilaporkan telah mencapai di atas 50 centimeter sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap menyiagakan perahu karet untuk mendistribusikan bantuan dan evakuasi warga.