REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Seorang pejabat senior di Kota Sabratha di Libya Barat pada Sabtu (7/10) mengatakan, lebih dari 3.000 migran gelap yang akan pergi ke Eropa, telah ditemukan di pusat penahanan kota. Mereka ditemukan saat pasukan operasi anti-IS merebut kekuasaan atas kota tersebut dan mengalahkan kelompok bersenjata itu.
"Lebih dari 3.000 migran gelap ditemukan di dalam pusat penahanan. Mereka bersiap menyeberang dari Libya ke Eropa dengan naik perahu," kata Basim Al-Gharabi, Kepala Biro Imigrasi Anti-Imigran Gelap Sabratha, dalam satu taklimat.
"Banyak migran ini termasuk warga negara Afrika, Arab dan Asia. Mereka ditahan dalam kondisi yang tak manusiawi. Kami menemukan puluhan anak kecil dan perempuan hamil. Sebagian migran memberitahu kami bahwa mereka belum diberi makan selama satu pekan," kata dia.
Al-Gharabi juga mengatakan, satu tempat penampungan sedang disiapkan untuk menampung migran di Sabratha melalui kerja sama dengan Organisasi Internasional bagi Migrasi. Pejabat senior tersebut merujuk kepada pentingnya campur-tangan pemerintah dan masyarakat internasional untuk memulangkan ribuan migran gelap ke negara asal mereka.
"Sabratha adalah salah satu tujuan penyelundupan terbesar di Libya," kata beberapa organisasi internasional. Penyelundup memanfaatkan kondisi tidak aman dan kacau di negeri tersebut untuk menyelundupan ribuan migran dengan menggunakan perahu rapuh untuk menyeberangi Laut Tengah menuju pantai Eropa. Banyak di antara mereka menemui ajal dalam pelayaran semacam itu.