Ahad 08 Oct 2017 18:38 WIB

Ini Alasan Mengapa Seseorang Sakit Setelah Naik Pesawat

Rep: Christiyaningsih/ Red: Agus Yulianto
 Keluarga berada di samping kantong jenazah seorang jamaah haji yang meninggal dunia di pesawat (Ilustrasi)
Foto: Antara/ Aloysius Jarot Nugroho
Keluarga berada di samping kantong jenazah seorang jamaah haji yang meninggal dunia di pesawat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bagi sebagian orang, terserang demam atau flu setelah bepergian naik pesawat adalah hal yang tak bisa dihindari. Mengapa ada orang yang sakit setelah naik pesawat? Jawabannya karena ada jutaan bakteri di dalam pesawat yang berasal dari para penumpang.

Dikutip dari laman Time,kondisi kabin pesawat yang sempit dan diisi oleh raturan orang, sangat memungkinkan terjadinya akumulasi bakteri. Namun, situasi serupa tidak hanya terjadi di dalam pesawat. Menurut International Air Transport Association (IATA), ruangan seperti gerbong kereta api atau gedung bioskop juga jadi ladang subur berkumpulnya bakteri.

Di sisi lain, IATA mengklaim, bahwa filter dalam kabin bisa membersihkan 99,9995 persen bakteri yang ada di udara. Tapi ini bukan berarti kondisi kabin pesawat menyediakan lingkungan yang bebas penyakit. Apalagi jika orang di samping anda sedang dalam kondisi tidak sehat. Anda dijamin akan ikut tertular sakit.

Berdasarkan penelitian ahli mikrobiologi yang direkrut Travelmath, meja yang menempel di punggung kursi merupakan gudang bakteri. Paling tidak ada 2.155 koloni bakteri di setiap inci meja. Sebaliknya, pada pencetan flush toilet pesawat 'hanya' ada 265 koloni bakteri per inci.

Drexel Medicine, lembaga kesehatan yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Dexter University, menyarankan agar penumpang pesawat jangan menyentuh kantong kursi. Kantong kursi ibarat markas bagi koloni-koloni bakteri di pesawat.

Profesor Steve Simpson dari University of Sidney mengatakan, sakit yang diderita penumpang tidak hanya karena faktor lingkungan. Akan tetapi, daya tahan tubuh yang menurun selama perjalanan juga ikut berkontribusi.

"Setiap tubuh manusia punya jam biologisnya masing-masing dengan pola teratur setiap 24 jam, perputaran pola ini diatur melalui otak," ujarnya. Perjalanan jauh berjam-jam menggunakan pesawat dikatakan dapat memengaruhi jam biologis seseorang. Akibat perubahan mendadak pada jam biologis, tubuh jadi lebih rentan terserang penyakit.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement