Ratusan warga dan penonton saling melempar tomat busuk pada Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Ratusan warga dan penonton saling melempar tomat busuk pada Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Warga mengumpulkan tomat busuk yang hancur usai Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Tomat busuk yang dipakai pada Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Para pembawa amunisi pada Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Para prajurit lengkap dengan pelindung badan dari bambu pada Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Ratusan warga dan penonton saling melempar tomat busuk yang merupakan sisa returan atau busuk di pohon, pada "Hajat Buruan Rempug Tarung Adu Tomat" atau perang tomat, di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (8/10).
Acara tahunan yang mirip dengan tradisi di Spanyol yang dikenal dengan nama Tomatina tersebut, merupakan rangkaian perayaan syukuran hasil panen, sekaligus ajang mempererat silaturahim antar warga. Sisa-sisa tomat yang telah hancur selanjutnya dikumpulkan dan dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik.
Advertisement