Senin 09 Oct 2017 09:56 WIB

PBNU Imbau Agar Kemiskinan tak Cuma Diperdebatkan

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Pandega/Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdebatan tentang daya beli masyarakat yang melemah atau tumbuh sudah waktunya diakhiri. Tema perdebatan ini tak ubahnya sebuah pertarungan opini memperebutkan hegemoni untuk menguasai persepsi masyarakat umum. Karena itu, PBNU mengimbau agar terjun langsung melihat kemiskinan secara nyata di lapangan.

"Pelaku perdebatan ini kaum borjuis yang menguasai mesin produksi yang sebenarnya berperan penting menghasilkan kebutuhan pokok masyarakat. Mereka yang kuat kok malah debat, karena itu hentikan perdebatan yang tidak manfaat ini," ujar Ketua PBNU Sulton Fatoni kepada Republika.co.id, Senin (9/10).

Menurut Sulton, masyarakat tidak bisa hanya dipahami melalui metode angka lalu disimpulkan dalam table, grafik atau lainnya. Jika ingin tahu masyarakat secara utuh bisa dengan melihat langsung dinamika sosialnya.

"Jika ingin tahu tingkat kemiskinan masyarakat misalnya, langsung saja datangi untuk melihat kondisi rumahnya, kualitas makanan tiap harinya hingga pola hidupnya dalam menjaga kesehatan," ucapnya.

Peduli kepada masyarakat dengan cara menganalisa daya belinya melemah atau tumbuh, menurut Sulton, itu bias kepentingan. Pada kondisi tertentu kepentingan para pengusaha dan pada momentum tertentu kepentingan penguasa atau oposan.

"Masyarakat saat ini sudah mempunyai kecerdasan sendiri baik saat menjadi konsumen maupun produsen." Kata Sulton.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement