REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah tipis sebesar empat poin menjadi Rp 13.523 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.519 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Turunnya tingkat pengangguran di Amerika Serikat menjaga potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed Fund Rate) pada tahun ini sehingga mendorong dolar AS terapresiasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (9/10).
Ia mengemukakan bawa tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami penurunan menjadi 4,2 persen, lebih baik dari ekspektasi kalangan analis.
Selain itu, lanjut dia, kenaikan nilai upah di Amerika Serikat pada September yang melebihi konsensus pasar juga turut menjadi salah satu penopang bagi dolar AS.
Ia menambahkan bahwa ketegangan geopolitik di semenanjung Korea juga turut mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar AS cenderung meningkat.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai posisi cadangan devisa yang naik bisa menahan tekanan rupiah terhadap dolar AS.
"Mestinya cadangan devisa yang naik menjadi sentimen positif terhadap rupiah di tengah ekspketasi menguatnya ekonomi Amerika Serikat," katanya.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2017 tercatat 129,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2017 yang sebesar 128,8 miliar dolar AS.