Senin 09 Oct 2017 16:40 WIB

Ini Penyebab Pesatnya Laju Pertumbuhan Umat Islam di Dunia

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Umat muslim membaca Alquran atau tadarusan di sebuah masjid. (ilustrasi)
Foto: Antara/Jojon
Umat muslim membaca Alquran atau tadarusan di sebuah masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Populasi umat Islam secara global terus menunjukkan pertumbuhan signifikan dari waktu ke waktu. Pew Re search Center memprediksi, jumlah pemeluk Islam akan tumbuh dua kali lipat dalam rentang waktu 2015-2060.

Menurut lembaga penelitian yang ber basis di Washington DC, Amerika Serikat, itu, populasi kaum Muslim diproyeksikan akan naik sebesar 32 persen pada dekade mendatang. Jumlah penganut agama Islam diperkirakan meningkat 70 persen dari 1,8 miliar jiwa pada 2015, menjadi 3 miliar jiwa pada 2060.

Cendekiawan Muslim Adian Husaini menuturkan, pesatnya laju pertumbuhan umat Islam di dunia dewasa ini bisa terjadi karena beberapa sebab. Pertama, dalam ajaran Islam ada anjuran kepada para pe me luknya untuk menikah dan menyambung keturunan.

Anjuran itu seperti disabdakan Rasulullah SAW, "Kawinilah pe rempuan yang penyayang lagi subur (mam pu mela hir kan anak yang banyak), karena aku akan membanggakan banyak nya kali an di hadapan segala umat," (HR Ahmad). Menurut Adian, hadis di atas menyiratkan tentang keutamaan Muslim yang memiliki banyak anak. "Konsep semacam ini tidak dimiliki oleh peradaban lain, apalagi peradaban Barat yang sekarang ini sedang mengalami minus pertumbuhan penduduknya," ujar Adian kepada Republika, belum lama ini.

Dia mengatakan, di dalam ajaran Islam, menikah dan mengasuh anak termasuk bagian dari ibadah. Hal itu membuat kaum Muslim pun merasa termotivasi untuk menyambung keturunan dan mendidik buah hati mereka menjadi anak yang saleh. "Sebab, anak yang saleh akan menjadi penyambung amalan untuk orang tuanya yang sudah meninggal. Ini juga menjadi salah satu alasan umat Islam berikhtiar untuk memperbanyak keturunannya," ucap Adian.

Di beberapa negara maju, kata dia, pertumbuhan penduduknya menjadi minus karena tidak adanya konsep ibadah tersebut dalam sistem perkawinan mereka. Ber kembangnya gaya hidup yang terlalu seku ler menyebabkan sebagian dari masyarakat di sana tidak lagi menjadikan pernikahan sebagai satu peristiwa yang sakral dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan data 2015, pertumbuhan pen duduk Jepang kini berada di angka mi nus 1,31 persen. Angka kematian di Negeri Sakura itu mencapai 9,38 persen, lebih tinggi dari angka kelahirannya yang hanya 8,07 persen. Sementara, pertumbuhan pen du duk di Jerman saat ini tercatat berada di posisi minus 2,87 persen. Angka kematian di Negeri Panser itu mencapai 11,29 persen, melebihi angka kelahirannya yang hanya 8,42 persen.

Selain Jerman, ada 25 negara lainnya di Eropa yang saat ini juga mengalami pertumbuhan penduduk yang minus. "Adanya konsep ibadah dalam sistem perkawinan Islam menyebabkan pertumbuhan populasi Muslim menjadi paling cepat dibandingkan dengan komunitaskomunitas agama lainnya," tutur Adian.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement